Valentinus, suami dari Ibu Hermin alias Mama Sindi, perempuan yang diduga memiliki "hubungan khusus" dengan Romo Agustinus Iwanti.
![]() |
Romo Gusti dan Mama Sindi. |
SIANAKAREN.COM -- Suami dari Ibu Hermin alias Mama Sindi, perempuan yang diduga memiliki "hubungan khusus" dengan Romo Agustinus Iwanti, Pr, pastor paroki St. Yosef Kisol akhirnya buka suara.
Dalam surat klarifikasi yang ditulisnya pada tanggal 28 April 2024, Valentinus alias Bapa Sindi, suami dari Mama Sindi membantah fakta-fakta dalam klarifikasi Romo Gusti yang dirilis dua hari sebelumnya, yaitu pada 26 April.
Baca juga: 16 Fakta Klarifikasi Romo Gusti di Manggarai, Nomor 12 Sampai 16 Wajib Dibaca
Berbeda dengan Romo Gusti yang memuat 16 poin klarifikasi, Bapa Sindi hanya kurang dua poin klarifikasi yang membantah fakta-fakta yang dipaparkan Romo Gusti.
Inti dari klarifikasinya tersebut adalah kesaksian bahwa dia melihat dengan mata dan kepala sendiri peristiwa dugaan "hubungan khusus" antara istrinya dengan Romo Gusti.
Baca juga: Wajib Tahu, 9 Fakta Dugaan Kasus 'Kedekatan' Romo Gusti dan Mama Sindi
Bapa Sindi menceritakan dia melihat istrinya Mama Sindi sedang berpelukan dengan Romo Gusti dalam satu selimut di dalam kamar tidur yang ditempati Romo Gusti.
Karena merasa dikhianati, dia pun marah dan memaki Romo Gusti serta mengancam akan membunuh Mama Sindi dengan parang. Dia merasa Mama Sindi dan Romo melakukan hal yang tidak pantas.
Baca juga: Pastor Paroki Kisol Diduga Tiduri Perempuan Bersuami, Kepergok Suami di Rumah Sendiri
14 Fakta Klarifikasi Bapa Sindi
Berikut isi klarifikasi Bapa Sindi dalam surat yang beredar luas di media sosial:
Saya Valentinus (Bapa Sindi) dengan ini menjelaskan kronologi kejadian yang sebenar-benarnya,tanpa paksaan ataupun intervensi dari pihak manapun dan sesuai dengan fakta atau kejadian yang terjadi:
1. Betul bahwa keluarga saya dan Romo Gusti memiliki hubungan baik bahkan saya sudah menganggapnya seperti keluarga saya sendiri.
2. Pada hari Selasa tanggal 23 april 2024 pukul 18:04 wita, Romo Gusti mengirim pesan via WhatsApp kepada istri saya untuk menyiapkan makan malam bersama di rumah saya (Bukti chat ini diambil dari hp istri saya yang tertinggal, tidak sempat di bawah saat meninggalkan rumah.)
3. Sekitar pukul 20:00 wita Romo Gusti bersama 2 orang sopir (Save dan Kristo), satu orang tukang masak paroki (Melin) dan anak kitin tiba di rumah saya di Lembur setelah sampe di rumah, kami pihak keluarga menyuguhkan minuman kopi dan energen. Selanjutnya kami makan malam bersama.
4. Sekitar pukul 21:00 wita setelah selesai makan malam kami sharing sambil main kartu (yangmain kartu saya, Romo Gusti, Kristo dan istri saya sedangkan Melin, Titin dan Siren sudah masuk ke kamar untuk tidur) sampai dengan sekitar pukul 00:00 wita. Selanjutnya Romo Gusti pamit untuk pulang ke pastoran dan istri saya menawarkan (NEK: kebiasaan kita orang Manggarai manawarkan) untuk menginap karena sudah larut malam.
5. Romo Gusti pun menyetujui dan berbaring di tempat tidur samping meja makan dan mengajak Kristo untuk tidur bersama, tetapi Kristo (sopir) menolak karena katanya romo kalau tidur sering mendengkur. Pada saat itu saya dan Kristo berencana untuk tidur di sofa depan ruang tamu.
Tidak berselang lama istri saya (Mama Sindi) memangil saya untuk meminta romo pindah tidur di dalam kamar. Saya sempat tidak menyetujui saran dari istri saya tetapi menurut istri saya tidak baik seandainya romo tidur di samping meja makan. Dengan berat hati saya menyetujui saran dari istri saya, kemudian saya meminta romo untuk tidur didalam kamar dan romo pun menyetujuinya.
Selanjutnya saya dan Kristo pindah di tempat tidur di samping meja makan yang semulanya ditempati romo. Sedangkan istri saya (mama Sindi), Siren (anak bungsu), Melin dan Kitin tidur di kamar tengah. Santo (anak ke 2) dan Save tidur di kamar depan. Setiap kamar tidur masing masing memiliki pintu lengkap dengan kain gorden.
6. Sekitar pukul 02:00 wita saya melihat istri saya keluar dari kamar menuju tempat saya dan Kristo tidur, pada saat itu saya belum tidur. Saya pun mulai curiga mengapa istri saya belum tidur. Saya melihat istri saya kembali ke dalam, tetapi bukan ke kamar tidurnya melainkan menuju ke kamar yang ditempati Romo Gusti tidur. Tidak berselang lama karena merasa janggal saya ikut masuk ke kamar yang ditempati romo, pintu kamar dalam keadaan tidak terkunci.
7. Saya mendapati istri saya dan romo, tidur berdua dalam satu selimut. Melihat mama Sindi tidur dalam satu selimut dengan romo, saya syok lalu memegang kaki istri saya sambil menarik selimut, saya melihat mereka sedang berpelukan.
Melihat itu saya emosi dan marah lalu menampar mereka berdua. Saya menangis sambil berteriak mengancam mama sindi. Kemudian saya ke dapur untuk mengambil parang, setelah saya kembali, istri saya sudah lari ke luar rumah sedangkan romo tetap di situ untuk menenangkan saya.
8. Mendengar teriakan saya, semua orang di dalam rumah terbangun dari tidur. Santo anak ke dua saya berlari ke luar rumah mengejar istri saya sedangka melin, Save dan Krtisto langsung berlari ke luar rumah, Siren dan Kitin tetap berada didalam rumah.
9. Melihat saya memegang parang, Romo Gusti mandorong saya dan menindih badan saya di tempat tidur sambil mengamankan parang di tangan saya agar tidak mengejar istri saya. Saya sangat terpukul, saya menangis sambil memaki Romo Gusti karena saya merasa dikhianati.
10. Beberapa menit kemudian Santo anak saya kembali tetapi tidak bersama istri saya, dengan penuh emosi Santo membanting pintu dan menarik saya dari tindihan Romo Gusti. Kejadian ini disaksikan anak saya (Siren) dan Kitin.
11. Kemudian Romo Gusti berlutut memohon ampun dan menangis sambil berkata "bapa Indi ampong, saya yang salah, kamu pukul saja saya". Hal ini disampaikan kurang lebih 4 kali kepada saya, romo juga memohon ampun dan memeluk anak Santo sambil menangis dan berkata "somba somba, saya minta maaf, tolong jangan kasitau ke siapa-siapa, kalau kamu angkat masalah ini, hancur saya". Di saat itu saya hanya menangis dan menyuruh romo pulang, sambil berkata "lebih baik romo pulang sebelum saya teriak memanggil keluarga di sekitar rumah saya".
12. Sekitar pukul 03:00 wita sebelum romo bersama karyawan pulang, sekali lagi dia bersujud dan berkata kepada saya "bapa Indi, saya minta maaf. Saya sudah terlanjur dengan mama indi, kasus ini tolong diam-diam saja sebab kalau ite bongkar, saya hancur". Kejadian ini disaksikan oleh Santo, Siren, Kitin dan salah satu tetangga yang sempat hadir karena terbangun mendengar keributan di rumah saya. Setelah itu romo dan rombongannya pulang kembali ke paroki Kisol.
13. Pada hari Rabu tanggal 24 April sekitar pukul 19:00 wita, saya bersama Santo, 2 orang adik ipar saya, menuju ke Kevikepan Borong untuk melaporkan kejadian ini. Laporan saya diterima langsung oleh Romo Simon Nama, Pr (Vikep Borong).
14. Dari hari kejadian sampai dengan kronologi kejadian ini dibuat, saya bersama keluarga tidak mengetahui keberadaan istri saya.
Demikian kronogi kejadian yang saya buat, saya memohon doa dan dukungan kepada saya dan anak anak yang menjadi korban. Saya berharap masalah yang menimpah saya dan keluarga saya dapat diselesaikan secepatnya.
Rende, 28 April 2024
Ttd & materai 10.000
Valentinus
Kita harus sikapi masing-masing klarifikasi atas pernyataan antara Romo dan Bapa Tinus, karena kita belum tahu mana yg benar dan salah, coba perhatikan pernyataan hp mama Sindi
BalasHapusyg tertinggal di rumah berisi chat dan hp yg mama Sindi digunakan utk menelpon Romo, apakah mama Sindi mempunyai 2 hp? Semoga hal ini bisa jadi bahan pertimbangan kita utk berpikir jernih, trima kasih🙏