Maestro musik liturgi Katolik asal Kabupaten Ngada, Martin Runi dikabarkan meninggal dunia di Ende, Minggu, 12 Mei 2024 pagi.
![]() |
| Martin Runi, komponis musik liturgi Katolik asal Ngada, NTT. |
SIANAKAREN.COM -- Maestro musik liturgi Katolik asal Kabupaten Ngada, Martin Runi dikabarkan meninggal dunia di Ende, Minggu, 12 Mei 2024 pagi.
Komponis kelahiran Jerebuu, Ngada, 6 November 1945 ini menghembuskan napas yang terakhir pada usia 78 tahun.
Baca juga: Kesaksian Mahasiswa Muslim NTT terkait Kasus Persekusi para Saudaranya di Tangsel
![]() |
| Maestro musik liturgi Katolik asal Kabupaten Ngada, Martin Runi. |
Ucapan belasungkawa dari umat Katolik di Flores dan NTT umumnya mengalir di platform media sosial pada Minggu pagi.
Adapun, Martin Runi adalah mantan calon imam SVD Flores. Mengenyam pendidikan di STFK Ledalero Maumere (sekarang: Institut Ilmu Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero) sebelum memilih menjadi awam sepulang TOP di Katedral Atambua.
Baca juga: Mahasiswa NTT di Tangsel Dianiaya Saat Doa Rosario, Hercules Minta Polisi Tangkap Pelaku
Sepeninggalan dari kehidupan religius, Martin Runi menekuni bakatnya di bidang musik dengan berkarya di Semarang dan Yogyakarta. Lagu-lagunya banyak tertuang di dalam buku nyanyian Madah Bakti dan dinyanyikan umat Katolik hingga kini.
![]() |
| Martin Runi maestro musik liturgi Katolik asal Ngada, Flores, NTT ketika masih menjadi calon imam SVD. |
Beberapa lagu yang cukup legendaris dan populer seperti Hai Makhluk Semua, Tuhan Menyapa, Syukur pada-Mu O Tuhan, Ordinarium Misa Senja dan Syukur, Aku Melayani Tuhan, Dayunglah Sampan dan lagu-lagu liturgi bermotifkan etnik lainnya.
Baca juga: Kotbah atau Homili dalam Misa Katolik Sebaiknya Pendek atau Panjang?
Di dalam karyanya mengalir darah filsafat seni dan talenta musikalis yang tiada bertepi. Kini sang maestro telah tiada namun Namanya tetap abadi.*
Selamat jalan Sang Maestro!



COMMENTS