Kasus persekusi mahasiswa Universitas Pamulang asal NTT di Tangsel menelan 12 korban, polisi telah menangkap beberapa terduga pelaku.
![]() |
Kontrakan tempat mahasiswa NTT dipersekusi warga setempat saat Doa Rosario. |
SIANAKAREN.COM — Kasus persekusi mahasiswa Universitas Pamulang asal NTT di Kampung Poncol, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, menelan 12 korban. Polisi telah menangkap beberapa terduga pelaku segera setelah kejadian.
Dua korban wanita mengalami luka sayatan senjata tajam dari warga RT setempat dan satu orang lelaki muslim ikut dibacok karena membela dan melindungi para mahasiswa yang sedang beribadah Doa Rosario pada Minggu (5/5) malam.
Baca juga: Mahasiswa NTT di Tangsel Dianiaya Saat Doa Rosario, Hercules Minta Polisi Tangkap Pelaku
Kapolres Tangerang Selatan AKBP Ibnu Bagus Santoso mengatakan pihaknya akan mengumumkan terduga pelaku kasus persekusi pada hari ini, Selasa (7/5).
“Besok saat jumpa pers. Kami juga akan terangkan keterlibatan orang-orang tersebut,” katanya, Senin (6/5).
Dia mengakui memang ada beberapa korban dalam peristiwa penggerebekan hingga penganiayaan terhadap mahasiswa Unpam asal NTT di Tangsel.
Namun kepolisian akan terus melakukan pendalaman terkait kebenaran dampak penganiayaan warga RT sekitar.
“Ada perempuan yang terkena luka gores. Tapi perlu kami buktikan apa itu benar kena luka bacok atau kena goresan lain. Itu yang masih didalami ya,” ujarnya.
Baca juga: Wajib Tahu, 9 Fakta Dugaan Kasus 'Kedekatan' Romo Gusti dan Mama Sindi
Adapun kronologi kejadian penganiayaan mahasiswa NTT bermula ketika sejumlah mahasiswa Katolik sedang berdoa Rosario di sebuah kontrakan lalu, tiba-tiba dibubarkan paksa oleh masa diduga diprovokasi oleh Ketua RT 007/Rw 002. Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Gang Ampera Poncol, bernama Diding.
Sekitar pukul 19.30 WIB, massa mulai berkumpul setelah mendengar provokasi dari Ketua RT yang berteriak: “Hei, bangsat, kalau kalian tidak bubar saya panggil warga”.
Pak RT kemudian kembali ke rumahnya. Lalu tiba-tiba massa datang dengan membawa barang tajam berupa samurai, cerulit hingga balok.
Kejadian itu berhenti karena ada massa warga sekitar beragama Islam yang menyelematkan para korban.
Mendengar kasus tersebut massa yang tergabung dalam Persatuan Indonesia Timur (PETIR) yang terdiri dari berbagai agama melaporkan kasus tersebut ke Polres Tangsel. Aliansi NTT mendesak polisi menindak tegas para pelaku.*
COMMENTS