Perolehan suara caleg DPD dari Provinsi NTT, Ferdinandus Hasiman turun drastis hingga 61.897 suara dalam dua hari terakhir (18-20 Februari).
![]() |
Ferdi Hasiman. |
SIANAKAREN.COM -- Perolehan suara caleg DPD dari Provinsi NTT, Ferdinandus Hasiman turun drastis hingga 61.897 suara dalam dua hari terakhir (18-20 Februari).
Sistem Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 atau Sirekap milik KPU dianggap berkontribusi terhadap penurunan jumlah suara tersebut, menyusul adanya sorotan tajam di media sosial mengenai kejanggalan aplikasi itu.
Pada tanggal 18 Februari 2024 lalu, perolehan suara Ferdi Hasiman mencapai 125.980 atau 6,57%. Namun setelah diduga mengalami kesalahan (erorr), suara pengamat tambang dari Manggarai itu turun menjadi 64.083 suara (5,14%).
Kehilangan suara 61 ribu tersebut dianggap janggal karena sejatinya sistem aplikasi dibuat untuk memudahkan kerja manusia, bukan sebaliknya memperburuk sistem Pemilu. Apalagi Pemilu diadakan secara transparan dan demokratis yang memungkinkan masyarakat dapat secara langsung memonitor dan mengawal pergerakan suara para kontestan Pemilu.
Caleg DPD petahana, Hilda Manafe juga mengalami nasib serupa. Pada 18 Februari lalu, politikus dari Timor ini meraup 177.340 atau setara 9,25% suara. Namun kini suaranya menyusut menjadi 121.340 suara. Artinya, sebanyak 56.000 suara yang hilang. Kini posisinya berada di urutan keempat.
Demikian halnya dengan caleg DPD dari Alor El Asamau yang kini bertengger di posisi ketiga, mengalami penyusutan suara. Mantan ASN Pemkab Alor itu kini mengoleksi 131.658 suara, menurun sebanyak 30.158 dari sebelumnya sebanyak 161.816 suara.
Kini berada di posisi ketiga dalam tangga perolehan suara sementara DPD NTT.
Di sisi lain, suara Angelo Wake Kako ikut menyusut meski tidak signifikan. Dari sebelumnya sebanyak 177.915 suara kini politikus asal Ende itu meraup 175.453 suara, atau hanya turun 2.462 suara. Kini, mantan Ketua PMKRI ini menempati posisi kedua.
Hal yang berbeda dengan dr. Maria Stevi Harman yang kini kokoh di puncak dengan perolehan suara 194.136 suara. Dibandingkan dua hari lalu, anak politikus Demokrat Benny Kabur Harman itu mengalami kenaikan tipis sebesar 8.432 suara dari 185.704 suara pada perhitungan real count 18 Februari 2024. Hingga kini, dokter muda ini kokoh di puncak klasemen sementara DPD NTT.
Suara petahana Abraham Liyanto juga ikut meningkat pesat menjadi 119.483 suara dari sebelumnya di bawah 100.000 suara dan kini berhasil merangkak masuk ke lima besar.
Ferdi Hasiman menyoroti kontraksi perolehan suaranya yang sangat signifikan.
Dia menilai bahwa aplikasi Sirekap sudah tidak dapat dipercaya lagi. Dia menduga ada permainan dalam sistem tersebut yang tidak hanya karena kesalahan sistem, melainkan juga oleh "tangan-tangan yang tak kelihatan".
"Semakin kesini, kita semua dibuat semakin bingung. Bukan soal isu eror Sirekap saja. Tetapi juga beberapa kejanggalan dari informasi tersebut. Pasalnya, jika membaca grafik secara saksama, ada calon tertentu yang bisa dikatakan tidak terjangkau dampak eror Sirekap. Apakah ini kecurangan terorganisir? Tentu kita tidak boleh fitnah," katanya dikutip dari Fanpage, Selasa (20/2).
Ferdi yang merupakan wajah baru dalam perpolitikan NTT ini meminta masyarakat dan pendukungnya bersabar sambil terus mengawal suara di masing-masing karena itulah data yang absah secara konstitusi.
Dia menyesalkan aplikasi Sirekap milik KPU yang justru berpotensi merugikan banyak pihak. Tidak hanya caleg DPD, tetapi juga DPR, DPRD dan Capres.
"Kepercayaan masyarakat dipertaruhkan dibalik banyak kejanggalan dan kesalahan dalam perhitungan suara melalui aplikasi ini. Meski begitu, kita tidak akan menyerah. Doakan teman-teman kita yang sedang bertempur melawan lelah saat ini. Bukan semata menginput data perolehan suara berdasarkan C1 dari setiap TPS. Tetapi juga berperang melawan aplikasi yang berpotensi merugikan banyak pihak," pungkasnya.
Adapun, Sirekap pertama kali dikenalkan dan digunakan pada Pilkada 2020 lalu untuk menggantikan Sistem Informasi Penghitungan (Situng) yang sebelumnya digunakan pada Pemilu 2019.
Pada Pemilu 2024, ada dua jenis Sirekap yang digunakan, yakni Sirekap Mobile dan Sirekap Web. Sirekap dilengkapi dengan teknologi pengenalan tanda optis (optical mark recognition/OMR) dan pengenalan karakter optis (optical character recognition/OCR).
Sirekap tidak menjadi penentu hasil rekapitulasi perolehan suara, hasil pemilu resmi tetap didasarkan pada rekapitulasi manual berjenjang yang dilakukan dari TPS, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga rekapitulasi nasional di KPU RI.
Memang, aplikasi ini semakin disoroti banyak pihak karena diduga berpotensi merugikan para kontestan yang berkompetisi.
Berdasarkan analisis Drone Emprit, aplikasi Sirekap mendapat sentimen yang mayoritas negatif di media sosial, dari total 3.105 percakapan terkait Sirekap di platform Twitter, pada 8-9 Februari 2024, terdapat 78 persen sentimen negatif.*
COMMENTS