Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. akhirnya menetapkan status darurat nasional bencana akibat Topan Kalmaegi yang menewaskan 200 warga.
![]() |
| Ilustrasi topan di |
SIANAKAREN.COM -- Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. akhirnya menetapkan status darurat nasional bencana akibat Topan Kalmaegi, yang juga dikenal dengan nama lokal Topan Tino, setelah topan tersebut menyebabkan kerusakan luas dan menewaskan sedikitnya 200 orang, dengan 500 orang hilang dan 500.000 mengungsi.
Keputusan ini diumumkan pada 6 November 2025 dalam rapat Dewan Nasional Penanggulangan dan Pengurangan Risiko Bencana (NDRRMC) untuk mempercepat upaya penyelamatan, penyaluran bantuan, dan rehabilitasi.
Marcos mengatakan bahwa penetapan status darurat akan mempermudah pencairan dana darurat dan mempercepat proses pengadaan logistik, mengingat luasnya wilayah terdampak topan dan antisipasi datangnya Topan Uwan, yang diperkirakan akan menjadi topan super.
Sekitar 10 hingga 12 wilayah di Filipina terdampak oleh Topan Kalmaegi, dan lebih dari 1,9 juta warga terkena dampak. Topan ini menjadi yang paling mematikan di dunia pada tahun 2025 dan memicu banjir serta tanah longsor di beberapa daerah, termasuk banjir besar di Provinsi Cebu yang menyebabkan mobil-mobil hanyut.
Pemerintah Filipina terus berupaya melakukan evakuasi dan penyaluran bantuan bagi penduduk yang terdampak, sementara negara bersiap menghadapi topan lain yang akan datang, Topan Uwan.
Topan Kalmaegi mulai terjadi pada tanggal 30 Oktober 2025, berasal dari daerah konveksi di sekitar 580 km timur-tenggara Yap. Pada 1 November 2025 dini hari, sistem ini diklasifikasikan sebagai depresi tropis oleh Badan Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina (PAGASA).
Topan ini kemudian memasuki wilayah Filipina pada tanggal 2 November 2025, dengan intensitas yang terus meningkat hingga mencapai status topan pada 3 November 2025.
Topan Kalmaegi mulai mendarat di wilayah tengah Filipina pada 4 November 2025, menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa.*

COMMENTS