- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan jejak yang belum sepenuhnya berhasil terungkap.
![]() |
Diplomat Arya Daru Pangayunan. |
JAKARTA -- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan motif yang belum sepenuhnya berhasil terungkap.
Kepingan demi kepingan cerita dan bukti rekaman CCTV mulai mengemuka, namun belum sepenuhnya menjurus pada bukti kuat penyebab kematian pria 39 tahun itu.
Jejak berupa lakban kuning, handphone yang hilang hingga hasil rekam medis yang ditemukan di dalam tas yang dibawa korban ke rooftop Gedung Kemenlu baru menjadi petunjuk awal yang belum terpecahkan.
Teka-teka kematiannya masih berputar-putar dan bahkan mengarah pada dugaan konspirasi pembunuhan karena perannya sebagai diplomat dalam kasus-kasus di luar negeri, salah satunya kasus TPPO.
Kepolisian sampai saat ini belum merilis konferensi pers untuk menjelaskan kepada publik hasil penyelidikan. Rupanya kepolisian begitu hati-hati di tengah tekanan dan atensi publik yang meningkat.
Selasa (8/7) pagi yang buram, Diplomat Arya ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung.
Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
Terbaru, penyelidik Polda Metro Jaya menemukan tas ransel milik ADP di rooftop Gedung Kemenlu sebagaimana hasil rekamana CCTV yang beredar.
Kasubbid Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan, tas tersebut ditemukan sehari setelah ADP ditemukan tewas di indekosnya.
"Tim penyelidik langsung mencari dan menemukan tas itu di atas. Di lantai 12, di samping tangga lantai 12," ujar Reonald dalam program Kompas TV, Minggu (27/7).
Sebelum tewas, ADP terekam CCTV berada di rooftop Gedung Kemenlu selama 1 jam 26 menit. Saat itu, ia membawa sebuah tas ransel dan kantong belanja.
Namun, saat turun dari rooftop, ia terlihat tak membawa kedua benda tersebut.
Namun, dalam rekaman CCTV di indekosnya sepulang dari Kemenlu malam itu, Diplomat Arya terlihat membawa sebuah kantong hitam besar yang diduga merupakan sampah ke arah depan kos.
Sekembalinya, kantong tersebut tidak lagi dibawanya. Polisi disebut telah menyita barang bukti tersebut untuk diselidiki.
Kejanggalan lainnya adalah handphone milik korban belum ditemukan.
Dari hasil penyelidikan sementara, dikatakan bahwa Diplomat Arya mematikan HP-nya sewaktu pulang dari Kemenlu malam itu menggunakan taksi online, sehingga istrinya panik saat tak bisa menghubunginya.
Istrinya yang tinggal di Yogyakarta kemudian menghubungi penjaga kos untuk mengecek keberadaan korban di kamar.
Pertama kali pada sekitar pukul 22.00, kemudian pada tengah malam dan dini hari. Baru pada pukul 08.00 lewat, penjaga kos berhasil membuka pintu kamar dengan mencongkel jendela dan menemukan Diplomat Arya sudah meninggal dunia.
Dari rekaman CCTV, penjaga kos membuka pintu tersebut bersama dengan tetangga kos. Mereka merekam kejadian itu namun tidak ada sedikit ekspresi kehilangan atau kaget ketika melihat jenazah Diplomat ADP yang berbujur kaku.
Publik mencurigai keterlibatan penjaga kos dalam kematian ADP karena gerak-geriknya dan ekspresinya yang tak biasa.
Beberapa pakar kriminologi pun menilai kematian ADP tak biasa. Ada kejanggalan pada setiap jejak yang ditinggalkannya. Misalnya upayanya yang menaiki rooftop pada malam hari yang dinilai bukan untuk aksi bunuh diri, tetapi seperti ingin menghindar dari buntutan orang lain yang mengancamnya.
Banyak pakar pidana menilai kematian ADP merupakan pembunuhan sistematis karena tugas yang diembannya.
Lakban yang menutupi wajah secara simbolik merupakan bentuk pembungkaman terhadap korban oleh pelaku atau jaringan pelaku kejahatan atas kasus ditanganinya.
Teka-teki pintu yang tertutup namun jendela mudah terbuka menggunakan obeng juga dinilai sebagai jejak pembunuhan terencana yang terukur dan penuh perhitungan, termasuk melibatkan orang dalam yang mengetahui keseharian korban.
Kepingan-kepingan kisah dan bukti kiranya menjadi satu narasi yang utuh bagi kepolisian untuk mengungkap penyebab dan motif kematian Diplomat ADP.
Publik saat ini sedang menunggu informasi yang utuh dari kepolisian.*
COMMENTS