Mahar kawin yang tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikenal sebagai belis masih menjadi perbincangan hangat di kalangan generasi muda.
![]() |
Ilustrasi jenis belis di NTT. |
SIANAKAREN.COM -- Mahar kawin yang tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikenal sebagai belis, masih menjadi perbincangan hangat di kalangan generasi muda saat ini.
Seiring tuntutan biaya hidup yang tinggi dan akses pendidikan yang meluas, tidak jarang mahar kawin yang besar sering menjadi penghambat kelancaran perkawinan.
Dalam beberapa kasus perkawinan patrilineal, pasangan putus di tengah jalan lantaran tidak sanggup memenuhi permintaan belis dari pihak perempuan.
Tentu, mahalnya mahar kawin di NTT tidak luput dari alasan-alasan yang mendasar.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menjelaskan mengapa belis di NTT bisa mencapai ratusan juta rupiah.
1. Penghormatan terhadap Perempuan
Belis dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap perempuan.
Dalam tradisi masyarakat NTT, perempuan memiliki posisi yang sangat dihargai, dan belis menjadi simbol bahwa mereka tidak diserahkan begitu saja kepada pihak laki-laki.
Oleh karena itu, pihak laki-laki harus mampu membayar mahar sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh pihak perempuan.
2. Status Sosial dan Pendidikan
Besaran belis sering kali dipengaruhi oleh status sosial dan pendidikan calon mempelai wanita.
Wanita dengan latar belakang pendidikan tinggi atau berasal dari keluarga terpandang biasanya akan memiliki belis yang lebih tinggi.
Hal ini mencerminkan upaya orang tua dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anak perempuan mereka, sehingga mereka berhak mendapatkan penghargaan yang setimpal.
3. Tuntutan Keluarga
Selain orang tua, anggota keluarga lainnya juga berperan dalam menentukan besaran belis. Tuntutan dari keluarga perempuan sering kali membuat jumlah belis semakin tinggi, karena mereka merasa memiliki andil dalam kehidupan perempuan tersebut.
4. Tradisi dan Negosiasi
Proses penentuan belis melibatkan negosiasi antara kedua belah pihak, yang sering kali berlangsung alot.
Kesepakatan mengenai belis biasanya ditandai dengan pemotongan babi sebagai simbol perjanjian.
Tradisi ini menunjukkan bahwa belis bukan hanya sekadar transaksi, tetapi juga bagian dari budaya dan nilai-nilai masyarakat NTT.
Namun, karena atas dasar negosiasi terkadang pihak laki-laki tidak sepenuhnya membawa jumlah mahar yang diminta. Misalnya, hampir mendekati, atau setengah. Sisanya akan diberikan setelah prosesi pernikahan.
5. Variasi Berdasarkan Daerah
Mahalnya belis juga bervariasi tergantung pada daerah di NTT.
Misalnya, di Sikka, belis bisa berupa hewan ternak seperti kuda atau gading gajah. Atau di Nagekeo bisa berupa kerbau, sapi, domba, dan lain sebagainya.
Di beberapa daerah, ada juga yang mencicil belis sebagai solusi untuk mengatasi biaya yang tinggi.
Dengan berbagai faktor tersebut, tidak mengherankan jika mahar kawin di NTT masih dianggap mahal dan menjadi bagian penting dalam tradisi pernikahan.*
COMMENTS