Pada Minggu, 5 Januari 2025 Keuskupan Agung Ende secara resmi menggelar launching Gerakan KUB Ramah Anak untuk memberikan perlindungan kepada anak.
![]() |
| Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD. |
SIANAKAREN.COM -- Bertepatan dengan Pembukaan Pintu Suci di Indonesia, pada Hari Minggu, 5 Januari 2025 Keuskupan Agung Ende secara resmi menggelar launching Gerakan KUB Ramah Anak.
Ini merupakan inisiatif strategis untuk mempromosikan perlindungan dan penghargaan terhadap kehidupan anak-anak yang dewasa ini sudah mulai banyak tertimpa kekerasan, baik dalam rumah tangga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Di tingkat Keuskupan Agung Ende, launching KUB Ramah Anak ini ditandai dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD di Paroki St. Mikhael Maukeli, yang terletak di Kevikepan Mbay.
Pada hari yang sama, dalam perayaan Ekaristi di paroki-paroki dilaksanakan juga acara launching gerakan KUB Ramah Anak ini.
KUB atau Komunitas Umat Basis, sendiri adalah suatu komunitas umat Katolik yang terdiri dari kelompok kecil, umumnya terkelompok dalam jumlah limabelas sampai dua puluh kepala keluarga, di suatu wilayah paroki. Di Keuskupan Agung Ende (KAE), KUB berada satu tingkat di bawah di Stasi.
Kelompok kecil ini memiliki nama yang berbeda bahkan menghidupi aspek-aspek hidup bergereja yang berbeda pula, entah kelompok evangelisasi, kajian Kitab Suci, doa, renungan.
Di KAE, KUB cukup bertumbuh dan berwarna. Ini tentu sejalan dengan seruan Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan bahwa Komunitas Basis adalah cara hidup menggereja di abad ke-21. Suatu cara hidup layaknya jemaat perdana pada masa awal Gereja Katolik.
Sekretaris Keuskupan Agung Ende Romo Damianus Dionisius Nuwa, Pr mengatakan Keuskupan Agung Ende menginisiasi Gerakan KUB Ramah Anak sebagai implementasi dari amanat Muspas VIII Keuskupan Agung Ende setelah menginisiasi Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil tahun lalu.
Sambil tetap meneruskan Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil, Keuskupan Agung Ende melihat penting dan mendesaknya membangun masyarakat dan Gereja yang semakin ramah anak berbasis KUB.
"Hal ini lahir dari kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap anak dan keprihatinan akan meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak," katanya.
Ia menjelaskan, dalam kerja sama dengan berbagai pihak terkait, gerakan ini hendak mengupayakan beberapa aksi konkret
Dimulai dengan menyusun jadwal kegiatan anak yang memperhatikan berbagai aspek penting demi perkembangan holistik seorang anak.
Kemudian KAE mendorong kebiasaan baik dalam keluarga supaya anak memiliki kecakapan sosial, meningkatkan partisipasi anak dalam doa dan ekaristi, menghapus berbagai tindak kekerasan fisik maupun verbal dan kekerasan seksual terhadap anak serta mendorong anak-anak untuk menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab.
"Karena kesadaran akan pentingnya KUB sebagai fokus, lokus dan subjek pastoral maka kesuksesan Gerakan ini mengandalkan partisipasi seluruh umat dalam KUB-KUB," terangnya.
Ia menambahkan, kerja sama juga dilakukan dengan pemerintah, pemuka adat, lembaga pendidikan dan LSM-LSM.
Gereja Keuskupan Agung Ende mengharapkan bahwa dengan ini, seluruh masyarakat dapat bergerak bersama untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang merupakan masa depan Gereja dan masyarakat.
"Anak-anak merupakan anugerah bukan saja bagi keluarga tapi juga bagi seluruh Gereja dan masyarakat. Karena itu, komitmen semua pihak bagi perkembangan anak yang sehat dan integral merupakan sebuah keharusan," ungkapnya.*

COMMENTS