Calon Anggota DPD NTT El Asamau ingin mengubah budaya politik uang yang terjadi di NTT dengan ngamen di Kota Kupang untuk mengumpulkan donasi publik.
![]() |
Calon DPD NTT El Asamau ngamen di Kota Kupang. |
SIANAKAREN.COM -- Calon Anggota DPD NTT El Asamau ingin mengubah budaya politik uang yang terjadi di NTT dengan mengamen di Kota Kupang.
Jika dalam politik mainstream politik uang dimaknai sebagai aksi "bagi-bagi uang" oleh aktor politik, El Asamau ingin memaknainya secara berbeda. Bukan bagi-bagi uang, tapi mantan ASN pada Pemkab Alor ini justru membuka donasi publik.
Bukan baru pertama kali El Asamau melakukan Gerakan 1.000 atau Geser. Tahun lalu ketika maju sebagai Caleg DPD NTT, El Asamau pernah membuka kotak donasi untuk membiayai logistik politiknya.
Adapun El Asamau bersama relawan 'ngamen' di lampu merah Eltari Kupang pada Kamis, 16 Mei 2024 dan total mengumpukan uang sebanyak Rp273.500.
Aksi tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan donasi dari masyarakat dalam rangka mendukung jalannya sidang gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait dugaan kecurangan sistem perhitungan suara dalam Pemilu DPD Provinsi NTT pada 14 Februari lalu.
Dalam gugatannya ke MK, El Asamau mempertanyakan sistem perhitungan suara di Kota Kupang dimana ada pergantian dan perubahan pada angka C-Hasil di lebih dari 200 TPS dimana di-tipx, dicoret, diganti tanpa paraf tanpa berita acara.
Melalui gerakan 1.000 dengan mengamen di Kota Kupang, El Asamau ingin mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa hanya aktor politik yang memiliki banyak uang bisa memiliki akses untuk masuk ke gelanggang politik.
“Gerakan seribu rupiah ini, kami buat sebagai bentuk dukungan terhadap saya yang sedang berjuang di MK, serta untuk mengubah pola pikir masyarakat NTT khususnya Kota Kupang tentang budaya politik," katanya di Kupang.
Calon DPD asal Alor ini menyampaikan bahwa politik yang sudah membudaya di NTT harus diubah oleh generasi muda yang memiliki niat untuk masuk ke dunia politik meski tanpa modal uang.
“Politik yang sudah membudaya di NTT bahwasanya berpolitik harus menggunakan uang, saya ingin rubah menjadi berpolitik tidak harus menggunakan uang,” ujarnya.
Langkah yang diambil El Asamau dengan mengamen di jalanan tidak saja mendapat dukungan, tetapi juga dikritik.
Dalam percakapan di media sosial Facebook, beberapa pihak menilai langkah yang dilakukan El Asamau bukanlah simbol seorang politisi sejati. Langkah tersebut terlalu vulgar sehingga terkesan seperti "mengemis" uang dari masyarakat.
Menanggapi kritikan tersebut, El Asamau menegaskan bahwa misi yang dilakukan adalah untuk menunjang jalannya sidang di MK bukan untuk kepentingan pribadi.
"Mari bantu saya bahas kenapa ada kesalahan administrasi yang cukup masif, yang bernilai sangat besar dibandingkan membahas aksi 1.000 rupiah di jalan," tulisnya di akun Facebook, Sabtu (18/5).
Dia pun meminta maaf atas ketidaknyaman masyarakat melihat aksi open donasi yang dilakukannya di Kupang.
"Mohon maaf untuk yg tidak nyaman dengan aksi sy di jalan memegang dos. Harga diri saya dipertaruhkan saat itu. Mental hampir jatuh saat mendapati diri saya lagi meminta-mita di tengah jalan. Tapi bagi saya inilah bentuk perjuangan yg harus saya lakukan, mengingat substansi masalah kenapa saya harus turun ke jalan di Kota Kupang: Kenapa di Kota Kupang harus ada 200 lebih TPS C-Hasilnya ditipx, dicoret, diganti tanpa paraf, berita acara dan dokumentasi video sesuai ketentuan," tulis politikus muda Alor tersebut.*
COMMENTS