Mantan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) gagal lolos ke Senayan pada Pemilu 2024 menurut rapat pleno final KPU NTT, Minggu (10/3).
![]() |
Viktor Laiskodat istri, Julie Laiskodat. |
SIANAKAREN.COM -- Mantan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) gagal lolos ke Senayan pada Pemilu 2024 menurut rapat pleno final KPU NTT, Minggu (10/3).
Caleg DPR RI nomor urut 1 Partai Nasdem itu kalah dari rekan separtainya, Ratu Ngadu Bonu Wulla dengan selisih 10.972 suara. Ratu Wulla meraup 76.331 suara sedangkan Viktor mengoleksi 65.359 suara.
Menurut rekapitulasi KPU NTT, Ratu Wulla menang di dua kabupaten, yakni di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya (SBD). Viktor Laiskodat di Sumba Barat hanya mendapat 3.324 suara, sedangkan Ratu Wulla meraih suara 8.931 suara. Kemudian, di SBD Ratu Wulla berhasil meraih suara 61.384 sedangkan Viktor hanya 3.345 suara.
Dengan kontribusi suara kedua calegnya, total dukungan untuk Partai Nasdem di dapil NTT II sebanyak 207.732 suara, kalah dari Partai Golkar yang berhasil mengirim 2 wakilnya di Senayan. Kegagalan ini membuat Nasdem juga kehilangan satu kursi jika dibandingkan hasil Pemilu 2019.
Sementara itu, Golkar yang meraih suara tertinggi, yakni 251.031 suara, menambah satu kursi dibandingkan hasil Pemilu 2019 lalu. Dua wakil Golkar yang lolos ke Parlemen yaitu Emanuel Melkiades Laka Lena yang meraih suara individu sebanyak, 95.138 suara, kemudian diikuti anak Setya Novanto, Gavriel P Novanto yang mendapatkan 58.176 suara.
Kegagalan Viktor ini mengulang kegagalan pendahulunya, Frans Leburaya. Frans, Gubernur NTT dua periode (2008-2018), kalah dalam perebutan kursi DPR di dapil NTT I pada Pemilu 2019. Frans maju lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Apa yang dialami Viktor juga berbeda nasib dengan istrinya, Julie Sutrisno Laiskodat, yang lolos menjadi anggota DPR RI terpilih dari Dapil NTT 1 dengan 57.522 suara.
Melansir Kompas, pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, menilai kegagalan Viktor Laiskodat tidak terlepas dari sentimen negatif yang mengemuka di masyarakat selama memimpin NTT.
Selama lima tahun (2018-2024), Viktor banyak mengeluarkan kebijakan kontroversial. Misalnya kebijakan masuk sekolah pukul 05.30 untuk sejumlah SMA di Kota Kupang, kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo, sengketa lahan dengan masyarakat adat Besipae, dan keributan dengan tokoh adat di Sumba. Peristiwa itu viral sehingga menjadi konsumsi publik dan menjadi preferensi pemilih dalam memilih.
”Dalam beberapa kasus, nama Viktor begitu viral dan dikonstruksi secara negatif. Inilah yang menjadi kontraproduktif dengan perjuangannya di Pileg 2024,” kata Mikhael.
Dia menambahkan bahwa nama besar Viktor tidak bisa menutupi memburuknya persepsi masyarakat mengenai karakter kepemimpinannya. Hal ini membuat istri mantan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu, Ratu Wulla melenggang mulus.
”Pemilu ini membuktikan, nama besar tidak bisa menjadi jaminan,” tandasnya.
Hal berbeda dengan anak Setya Novanto. Meski Novanto terpidana kasus korupsi, tetapi anaknya mampu menghapus ingatan masyarakat tentang masalah tersebut dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang membuat masyarakat mengingat kebaikan Novanto sewaktu caleg dari NTT II.
Menurut dia, nama Setya Novanto sebagai terpidana kasus korupsi tidak terlalu dipedulikan masyarakat. Terlebih, karakter pemilih saat ini sangat pragmatis dan cenderung transaksional.
”Gavriel Novanto memang aktif menyelenggarakan banyak event anak muda, mulai dari Kota Kupang hingga Kabupaten Belu dan Malaka. Semua itu mem-branding dirinya secara positif di kalangan pemilih, sebagaimana yang dilakukan ayahnya dulu," ungkapnya.*
COMMENTS