Romo Frid Dhae, Pr menghembuskan napas terakhir di RSUD Ende pada 11 Februari 2024 karena diduga sakit kritis. Orangtua, keluarga dan umat berduka.
![]() |
Romo Frid Dhae, Pr. |
SIANAKAREN.COM -- Tangisan Bapak Selestinus Tage dan Ibu Beatrix de Ornay memecahkan ruangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende ketika dokter menyampaikan berita buruk bahwa putra semata wayang mereka tutup usia.
Mereka harus ikhlas menerima kenyataan bahwa Tuhan telah memiliki rencana yang indah untuk putra tunggal mereka. Seperti Bunda Maria, mereka menyimpan semua rahasia itu di dalam hati terdalam.
Dua tahun lalu, tepatnya pada hari Minggu, 24 April 2022, mereka menyaksikan anak kesayangan mereka bersimpuh memohon Berkat dan Doa untuk meneguhkan tahbisan imamatnya. Bertempat di Paroki Yesus Kerahiman Ilahi Aeramo, Romo Frid Dhae Wea, ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr (alm.) Vincentius Sensi Potokota, Pr.
Adapun Mgr. Vincentius Sensi Potokota meninggal dunia pada 19 November 2023 di usia 72 tahun di Rumah Sakit Santo Carolus, Senen, Jakarta Pusat. Hanya berselang dua bulan lebih, Romo Frid yang merupakan imam diosesan KAE pun menyusul.
Kepergian Romo Frid meninggalkan duka mendalam bagi orangtua, keluarga, sahabat, keuskupan, dan umat Paroki St. Fransiskus Xaverius, Wolotopo, Ndona yang dilayaninya.
Jarum jam menunjukkan pukul 09.45 WITA ketika detak jantung imam muda asal Paroki St. Hubertus Wekaseko di Kevikepan Mbay, Keuskupan Agung Ende itu berhenti.
Beberapa waktu sebelumnya, Romo Frid dirawat karena sakit. Sempat berupaya melawan terpaan derita yang dialami, namun peradangan yang timbul karena penyakit kronis membuatnya tak berdaya.
Tidak diketahui pasti penyakit yang menggerogoti tubuh bugarnya. Beberapa sumber dari keluarga terdekat mengatakan almarhum meninggal karena peradangan di bagian kepala dan lambung.
Sabtu (10/2) sore, diberitakan kabar bahwa Romo Frid menerima minyak suci. Keluarga dan umat paroki Wolotopo berdoa teguh agar tubuhnya kuat dan dipulihkan kembali.
Pengharapan itu bertahan hingga Minggu pagi ketika umat mendengar kabar bahwa Romo Frid sudah melewati masa kritis sehingga oksigen sudah bisa dilepaskan.
Namun, kehendak Tuhan berkata lain. Pengharapan itu berubah menjadi kedukaan yang luar biasa besar ketika dokter menyatakan tubuh Romo Frid sudah kaku.
Umatnya di Wolotopo yang menantikan pelayanan misa Hari Minggu itu pun menangis histeris. Orangtuanya pun tak bisa menahan duka sedalam samudra.
Memasuki usia ke-30 tahun, Romo Frid yang baru berkarya melayani Gereja Kristus di KAE pergi meninggalkan dunia fana. Dia telah mengalami kebangkitan oleh karena rahmat yang Kristus wariskan untuk dunia.
Tepat pada perayaan Hari Orang Sakit Sedunia tahun 2024, Romo Frid menghembuskan nafasnya yang terakhir di RSUD Ende. Bacaan Injil Markus 1:40-45 mengisahkan penyembuhan orang kusta. Petikan bacaan Injil cukup menarik untuk direfleksikan dalam konteks kematiannya.
"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Tarikan makna bacaan ini setidaknya menjelaskan bahwa kesembuhan sesungguhnya ada pada Yesus. Dia yang berkuasa menyembuhkan sakit, penyakit dan luka umat-Nya. Secara iman, tentu saja makna kematian Romo Frid dapat dilihat sebagai penyembuhan sempurna dari Yesus.
![]() |
Romo Frid Dhae dan kedua orangtuanya. |
Profil Romo Frid Dhae
Romo Frid lahir di Raja, 18 Mei 1993, namun dibesarkan di Tanah Toto, Wolowae. Hal itu bersamaan dengan kepindahan orangtuanya ke SDK Wolowajo di Wekaseko, Kecamatan Wolowae. Frid muda pun menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Wolowajo.
Setamat dari sana, dia melanjutkan pendidikan calon imam di Seminari Menengah St. Yohanes Berkmans Todabelu, Mataloko, Ngada. Ini adalah satu-satunya seminari di Keuskupan Agung Ende dan menjadi seminari tertua di Flores, NTT.
Setelah bertahun-tahun menyemai benih panggilan di "Bukit Sasa", Frid kemudian memantapkan jalannya dengan melanjutkan pendidikan tinggi di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret, Maumere sebagai calon imam Keuskupan Agung Ende.
Enam tahun di "Bukit Sandar Matahari", Diakon Frid pun ditahbiskan menjadi imam di paroki tetangganya di Nagekeo, yaitu Aeramo. Sebagai buah syukur atas rahmat imamat, dia pun merayakan Misa Perdana di di Stasi St. Agustinus Anakoli, Paroki St. Hubertus Wekaseko pada 9 Mei 2022.
Romo Frid menjadi satu dari dua imam asal Paroki Wekaseko yang ditahbiskan pada tahun itu, setelah 20 tahun penantian tahbisan imam asal paroki di pantai utara itu. Bersama dengan Romo Frid adalah Romo Simply asal Stasi Raterunu yang ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Palembang.
Dua puluh tahun lalu, imam terakhir yang ditahbiskan asal Paroki Wekaseko adalah Romo Anselmus Dhegu, O.Carm yang kini bertugas di Paroki Kererobbo, Keuskupan Weetebula, Sumba Barat Daya.
Selamat jalan Romo Frid. RIP.
Yesus Menyembuhkanmu!
COMMENTS