Film Joker menjelang peluncurannya menuai kritik dan kontroversi dari warga Amerika Serikat karena dianggap menciptakan modus kriminal.
![]() |
Ilustrasi film Joker. |
Film Joker menjelang pemutaran perdananya pada Jumat (4/10) sudah menimbulkan banyak kontroversi. Bahkan menjadi persoalan bagi penegakan hukum di Amerika Serikat.
Pekan lalu, beberapa media di AS melaporkan pihak kepolisian telah mengeluarkan peringatan bagi para personilnya, dengan menyebut ancaman penembakan massal yang 'potensial' di hari pemutaran film yang berkisah tentang superhero ini.
Kita ingat tujuh tahun yang lalu, seorang pria melepaskan tembakan saat pemutaran sekuel film Batman, "The Dark Knight Rises" di kota Aurora, negara bagian Colorado. Peristiwa ini menyebabkan 12 orang tewas dan 70 orang lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas setempat khawatir serangan saat pemutaran film The Dark Knight Rises pad Juli 2012 akan terulang lagi.
Nakun tidak bisa dipungkiri, film Joker sejauh ini menuai banyak ulasan positif. Film tersebut mendapat rating 77% di situs web ulasan Rotten Tomatoes.
Kontroversi ini membantu membangkitkan minat: para analis box office memperkirakan bahwa film tersebut dapat meraup lebih dari Rp1,4 triliun pada akhir pekan pembukaannya di Amerika Serikat. Ini akan menjadi rekor untuk film yang dirilis pada bulan Oktober.
Tak kalah pentingnya, film Joker meraih penghargaan tertinggi di Festival Film Venice awal bulan ini - bahkan di akhir pemutarannya film ini mendapat sambutan tepuk tangan selama delapan menit.
Komedian Psikopat
Film Joker mengisahkan tentang Arthur Fleck, seorang komedian yang mengalami gangguan mental yang akhirnya melakukan tindakan kriminal. Menurut ulasan pers pertama, film ini dibumbui dengan adegan kekerasan realistis.Beberapa kritikus film di AS menuduh sang sutradara film, Todd Phillips terlalu mengagungkan narasi Fleck.
Richard Lawson, dari majalah Vanity Fair, menulis bahwa film tersebut "mungkin merupakan propaganda yang tidak bertanggung jawab untuk orang-orang yang memang patologis".
"Apa film Joker ini untuk memuji-muji atau menakut-nakuti seseorang? Atau, tidak ada bedanya sama sekali?" tanya Lawson.
Sutradara Todd Phillips maupun aktor Joaquin Phoenix yang bermain sebagai pemeran utama dalam film ini tidak sepakat dengan beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Joker mengagungkan kekerasan.
Namun ia mengatakan "terkejut" dengan kontroversi yang beredar.
"Film ini mengangkat soal kurangnya rasa cinta, trauma masa kecil dan kasih sayang di dunia. Saya pikir orang-orang bisa menangkap pesan itu," tutur Phillips dalam wawancara promo film pekan lalu.
Wawancara dengan Phoenix
Dalam wawancara terpisah yang diterbitkan oleh situs berita hiburan The Wrap, Phillips menyalahkan "pihak sayap kiri" atas kontroversi yang beredar."Yang luar biasa bagi saya dalam wacana tentang film ini adalah, betapa mudahnya sayap kiri bisa terdengar seperti sayap kanan ketika itu sesuai dengan agenda mereka. Ini benar-benar membuka mata saya."
Terkait dengan beberapa pertanyaan soal filmnya yang mempromosikan kekerasan, Phoenix membela film tersebut.
Beberapa bioskop di Amerika melarang para penontonnya mengenakan riasan, topeng dan kostum saat penayangan perdana film Joker.
"Orang-orang suka salah mengartikan lirik dari lagu. Mereka suka salah mengartikan bagian-bagian dalam buku. Jadi saya tidak berpikir bahwa menjadi tanggung jawab pembuat film untuk mengajarkan moralitas penonton atau perbedaan antara benar dan salah," katanya.
Sang aktor juga mengatakan ia menikmati "ketidaknyamanan" yang disebabkan oleh film tersebut.
"Saya rasa hal yang baik ketika film membuat kita merasa tidak nyaman atau membuat kita berpikir dengan cara berbeda. Saya senang," jelas Phoenix.
"Itu sebabnya saya ingin membuat film ini, karena itu tidak mudah bagi saya.
Phoenix sebagai pemeran Joker-lah yang sebenarnya semakin meningkatkan kontroversi. Ia dikenal sebagai aktor yang suka melakukan pendekatan mendalam terhadap karakter yang dimainkannya, dan jika dilihat dari trailernya ia memerankan tokoh tersebut dengan baik.
Kekaguman sebagian orang terhadap tokoh-tokoh "bandit" seperti "The Joker" atau "Darth Vader" dalam film Star Wars juga menjadi bahan perbincangan.
Stigma kesehatan mental
Para pegiat kesehatan mental juga menyatakan kekhawatiran tentang bagaimana film itu akan menggambarkan penyakit mental.Ini adalah topik rumit dalam diskusi tentang representasi budaya. Dulu, beberapa ahli psikologi telah menegur Hollywood terkait penggambaran karakter yang sakit mental.
Menurut lembaga amal Inggris, Time to Change, yang berkampanye menentang diskriminasi kesehatan mental, stereotip masyarakat terhadap kondisi kejiwaan telah menghambat gerakan perubahan, yang mana kesalahan interpretasi serupa tidak terjadi terhadap isu lain seperti orientasi seksual atau ras.
"Kami sudah mulai melihat beberapa perubahan dari stereotip 'buruk' di film-film, tetapi ada sejarah panjang penyajian yang keliru," kata Julie Evans, kepala komunikasi di lembaga amal tersebut, mengatakan kepada BBC.
"Penggambaran yang dramatis cenderung dilebih-lebihkan dan berkontribusi terhadap bertambahnya informasi yang salah. Mayoritas orang dengan penyakit mental tidak mengancam."
"Selain itu, mereka lebih cenderung menjadi korban kekerasan ketimbang menjadi pelaku," ia menekankan.
"Akan memalukan jika ternyata Joker tetap terjebak stereotip. Tapi setidaknya film itu sudah membuka diskusi tentang bagaimana kesehatan mental digambarkan," tambah sang akademisi.
Sumber: bbc.com
selamat datang di U1BOLA U1BOLA Agen Taruhan Bola, Casino, Slot, Poker, Idnlive dll Semua dalam 1 ID & 1 Saldo
BalasHapusBonus New Member 20%
Bonus Tambahan Setiap Minggu
Cashback 10%
Rollingan Casino & Slot 0,8%
Bonus Rollingan Poker 0,5%
1. Transaksi Proses Deposit Withdraw Hanya 1 - 2 Menit, Minimal Deposit Rp. 10,000 Withdraw Rp. 50,000 Suka - Suka Tanpa Batas
2. U1BOLA Menjamin 100% Kerahasiaan Data Member, Account Game Gratis, Proses Mudah Cepat & Aman
3. Fast Respon Customer Service Online 24 Jam Siap Membantu Anda
Contact us ↓↓
- Whastapp: 0822-5888-8866