--> Mencari Relevansi Diskursus Nasionalisme Saat Ini | Si Anak Aren

Mencari Relevansi Diskursus Nasionalisme Saat Ini

Diskursus nasionalisme di Indonesia aat ini kian problematik bersamaan dengan munculnya rasisme dan etnosentrisme yang makin kuat.

Ilustrasi nasionalisme.

Temuan survei Komisi Nasional HAM dan Litbang Kompas tahun 2018 menyebutkan mayoritas masyarakat Indonesia masih canggung menerima faktum keberagaman di lingkungannya. Sekitar 80% lebih responden dari survei tersebut menyatakan lebih nyaman hidup di antara keturunan, ras dan etnik yang sama.

Temuan ini tentu mengejutkan karena menyingkirkan seketika semua anggapan masyarakat yang umumnya melihat Indonesia sebagai negara majemuk yang paling toleran di dunia.

Hal ini memperlihatkan adanya kadar segregasi yang nyata di tengah masyarakat kita hari ini. Ada rongga sosial yang jika tidak segera ditimbun perlahan-lahan akan menggerogoti bangunan kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa.

Sementara, rasisme dan etnosentrisme makin muncul ke permukaan. Kasus termutakhir, penggebrekkan yang dilancarkan sekelompok orang terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.

Selain konflik ideologis, pandangan diskriminatif terhadap orang-orang Papua menunjukkan banyak orang yang masih memaksanakan definisi dan kodrat manusia berdasar pada identitas primordial mereka: “Orang Jawa lebih baik dibandingkan Papua” atau “Orang dari suku X pasti jahat”.

Pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, kedua isu ini muncul secara kuat terutama dipicu oleh ketidakpuasan sekelompok organisasi Islam terhadap identitas Ahok, alih-alih berlatar penistaan agama. Jika demikian, bagaimana kita membincangkan nasionalisme?

Politik, Pembangunan dan Rasisme

Menelusuri sejarah, agaknya kita mengafirmasi kenyataan rasisme di Indonesia masih berkelindan. Warganegara kulit hitam, meski dianggap sebagai warganegara, tidak memiliki akses yang inklusif kepada informasi, pengetahuan, politik, dan pembangunan.

Ada stratifikasi yang tegas antara kaum kulit putih dan kulit hitam; antara “orang Jawa” dan “orang Timur”. Pembedaan ini terjadi sejak kita Republik dan terpelihara hingga saat ini.

Dalam spektrum politik pembangunan, pemerintah Soekarno pada masanya melakukan pembagian yang tegas sebagai “Jawa” dan “Timur”.

Pembagian ini memang pada dasarnya bersifat politis (Dhakidae, 2015), namun bila kita melacak lebih dalam, klasifikasi ini lebih bersandar pada basis rasial dan etnisitas yang memandang Timur sebagai warga kelas dua.

Persis pandangan seperti ini yang dikritik keras oleh Jean-Paul Sartre, filsuf eksistensialis Perancis. Sartre (1985) menolak pandangan yang mengatakan bahwa kodrat manusia sejak awal sudah ditentukan sebelum dia lahir di dunia (disebut dengan esensialisme).

Bagi Sartre, sikap esensialis justru melahirkan pandangan-pandangan klise tentang rasisme. Karena tidak adanya kodrat asali manusia, maka manusia sendirilah yang menentukan makna bagi dirinya sendiri. Dengan ini, manusia tidak dideterminasi oleh apapun sehingga mampu mencapai kebebasan.

Isu pembangunan Indonesia-sentris di bawah kepemimpinan teknokrasi Presiden Joko Widodo pun tersingkap isu rasisme.

Merunut pada penelitian Ligia Giay (tirto.id, 24/8/2019) dan Budi Hernawan (elsam.or.id, 17/12/2015), ketika orang mengatakan pembangunan akan memuaskan masyarakat Papua, ini merupakan rasisme karena mengatakan masyarakat Papua tidak memiliki kapasitas dalam melakukan observasi, analisis, dan memahami sejarah mereka.

Maka benar argumentasi Hall (1990), bahwa ras dan etnisitas tidak pernah terbentuk di luar representasi, melainkan di dalam dan oleh suatu perjuangan kekuasaan politik dan sosial.

Isu Nasionalisme Hari Ini

Menyimak ketegangan-ketegangan ini, nasionalisme hari ini secara substantif tidak lagi mesti diletakkan pada konteks perbincangan tentang rasa senasib dan sepenanggungan.

Tesis Anderson benar ketika mendefinisikan “bangsa adalah suatu komunitas terbayang” (1983:15-16). Meski tidak saling mengenal atau bertemu, bangsa Indonesia pada suatu masa pernah sama-sama berjuang untuk mempertahankan ibu pertiwi.

Nasionalisme hidup dalam konstruksi imajiner masyarakat; berkembang bersamaan dengan ideologi dan mitologi untuk bersatu karena rasa persaudaraan sebagai satu komunitas.

Tapi sebagai bangunan historis-kultural yang elusif (Barker, 2004:203), isu nasionalisme bahkan tampak kontradiktif dan rentan untuk diperbincangkan. Ketika ada bursa menteri untuk mendampingi Presiden, hampir pasti disarankan agar para menteri merepresentasikan keterwakilan daerah.

Ada intrik diskriminatif, di mana rasionalisasi adanya perwakilan daerah menunjukkan bahwa ada perbedaan ras dan etnik dalam struktur kekuasaan. Padahal substansi politik bukan soal keterwakilan fisik, tapi karena kebebasan dan kompetensi setiap warganegara untuk menjabat posisi tertentu dalam kekuasaan politik.

Dalam isu pemindahan ibukota mencuat hari-hari ini, banyak pihak yang pro dan kontra. Terlepas dari dudukkan politik-ekonomi, kebijakan ini dapat dianalisis dalam dua termin.

Pertama, alasan pemerataan pembangunan dan keterjangkauan akses ke pusat kekuasaan mensaratkan pandangan yang mengafirmasih bahwa ada marginalisasi etnik atau kota, terutama wilayah timur Indonesia sebagai wilayah tak terjangkau dan jauh dari kesejahteraan sehingga perlu dibantu, bahkan dengan memindahkan ibukota.

Kedua, ada pendapat yang mengemuka yang melihat kebijakan itu sebagai momentum orang ibukota “turun kasta”. Di sini tersingkap adanya relasi marginalitas, pinggiran dan pusat (Brah, 1996:226), yang menganggap kota di luar di luar Jawa masih terbelakang.

Narasi Meta-Historis

Kita patut mengakui, bangsa kita belum cukup mampu keluar dari cengkaraman warisan kolonial yang membedakan kaum ningrat dari pribumi. Nasionalisme belum hidup sebagai identitas budaya Indonesia.

Selain karena isu nasionalisme menjadi diskursus problematik, topik ini jarang disentuh dan hampir tidak ada batas ekosistem kultural yang nyata untuk mendefinisikannya.

Karena itu penting bagi kita meredefinisi nasionalisme–tidak sekedar pekik membela Pancasila dan NKRI, atau anti-asing dan ideologi khilafah. Nasionalisme mestinya diperbincangkan sebagai narasi meta-historis yang melampaui semua identitas primordial ras, etnik, dan bangsa itu sendiri.

Demikian pula, rasisme banyak terjadi karena kita jarang memperbincangkannya. Bangsa kita terjebak dalam isu-isu parsial dan temporer yang lebih bersifat sensasional dan pragmatik.

Pada tataran ini, ada urgensi untuk mendudukkan narasi nasionalisme dalam keterhubungan antara identitas nasional dengan masyarakat murni, asli, atau tradisi rakyat.

Gail Lewis (2000) mengatakan konsep rasialisme tidak lagi relevan diperbincangkan hari ini. Konsep ini mengacu pada gagasan lama karena tidak ada fakta biologis tentang ras; semua manusia saling berhubungan secara genetis; pemikiran tentang ras selalu ada dalam konstruksi imajiner.

Sartre pun memiliki pandangan yang menarik untuk dijadikan sebagai pijakan refleksi kita hari ini lewat pertanyaan: Bagaimanakah aku memandang orang lain? Apakah masih masih kuat memaksakan definisi yang kupunya dalam memahami orang lain?

COMMENTS

Entri yang Diunggulkan

Misteri Kematian Diplomat Arya: HP Hilang hingga Hasil Rekam Medis

Diplomat Arya Daru Pangayunan. JAKARTA -- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan mot...

Nama

4 Wanita Pesta Miras,1,Ade Chaerunisa,1,Adonara,1,Advetorial,1,Ahmad Sahroni,1,Aktor Politik,7,Alex Longginus,2,Andreas Hugo Pareira,3,Anggota DPRD TTU,1,Ansar Rera,1,Ansy Jane,1,Ansy Lema,28,Ansy Lema for NTT,3,Apel Hari Pancasila Ende,1,Bandara Ende,1,Bandara Maumere,1,Bank NTT,1,Bapa Sindi,1,Bapa Suci,1,Bayi Menangis,1,Bela Negara,1,Bentrok Antar Gereja,1,Berita Flores,1,Bertrand Peto,1,Bertrand Pulang Kampung,1,Beta Cinta NTT,4,Betrand Peto,1,Bupati Sikka,1,Cafe Alung,1,Calon Gubernur NTT,6,Calon Gubernur PDIP,1,Car Free Night,1,Carlo Ancelotti,1,Catar Akpol Polda NTT,1,Dana Pensiun,1,Danau Kelimutu,1,Danau Tiga Warna,1,Degradasi Pancasila,1,Desa Fatunisuan,1,Doktor Filsafat dari Nagekeo,1,DPD Hanura NTT,1,DPO Kasu Vina,1,DPRD Nagekeo,2,Dr. Sylvester Kanisius Laku,1,El Asamau,1,Elektabilitas Ansy Lema,1,Elon Musk,1,Ende,3,Erupsi Gunung Lewotobi,2,Euro 2024,1,Film Vina,1,Flores,1,Flores NTT,1,Flores Timur,4,GABK,1,Gen Z,1,GPIB,1,Gubenur NTT,1,Gubernur NTT 2024,1,Gugat Cerai,1,Gunung Kelimutu,1,Gunung Lewotobi,2,Guru Remas Payudara,1,Gusti Brewon,1,Hari Lahir Pancasila,1,Hasil Pertandingan Spanyol vs Kroasia,1,Hendrik Fonataba,1,Hukrim,24,Hukum-Kriminal,9,Humaniora,163,Ikatan Dosen Katolik,1,IKDKI,1,Influencer NTT,1,Insight,15,Jadwal Kunjungan Paus Fransiskus,1,Jane Natalia,1,Jual Beli Tanah,1,Kadis Koperasi,1,Kaka Ansy,3,Kakek Sabono,1,Kasus Kriminal di NTT,1,Kata-Kata Elon Musk,1,Kata-Kata Inspiratif,2,Kejati NTT,2,Kekerasan Seksual di NTT,1,Keluarga Onsu,1,Kepsek di Rote Ndao,1,Kepsek di TTU,1,Keuskupan Labuan Bajo,1,Keuskupan Maumere,1,KKB,1,Komodo,1,Komuni Pertama,1,Kongres PMKRI,1,Kontroversi PMKRI,1,Korban Longsor,1,Kota Kupang,1,Kunjungan Paus ke Indonesia,1,Labuan Bajo,1,Ledakan Gas,1,Lemondial Business School,1,Liga Champions,1,Longsor di Ende,1,Longsor di Flores,1,Longsor di Nagekeo,1,Mafia Tanah,1,Mahasiswa Nagekeo,1,Malaysia,1,Mama Sindi,1,Maumere Viral,1,Max Regus,1,Media di NTT,1,Megawati,1,Megawati ke Ende,1,Melki Laka Lena,1,Mesum Dalam Mobil,1,Mgr Ewald Sedu,1,Milenial Sikka,1,MK,1,Model Bali,1,Nagekeo,1,Nasional,45,Nelayan NTT,1,Nenek Tenggelam,1,Nona Ambon,1,NTT,1,Pamulang,1,Panti Asuhan Naungan Kasih,1,Papua,1,Pariwisata,6,Paroki Nangahure,1,Pastor Paroki Kisol,1,Pater Budi Kleden SVD,1,Paulus Budi Kleden,2,Paus Fransiskus,3,Paus Fransiskus Tiba di Indonesia,1,Pegi alias Perong,2,Pegi Setiawan,2,Pekerja NTT di Malaysia,1,Pelaku Penikaman,1,Pemain Naturalisasi,1,Pemerkosaan di NTT,1,Pemerkosaan Guru,1,Penggerebekan,1,Pensiunan Bank NTT,1,perempuan dan anak ntt,1,Perempuan NTT,1,Pertanian NTT,1,Piala Liga Champios,1,Pilgub NTT,23,Pilkada NTT,1,Pj Bupati Nagekeo,2,PMI NTT,1,PMKRI,1,PMKRI Papua,1,Polda NTT,1,Politik,29,Polres Sikka,1,Polresta Kupang Kota,1,Pos Kupang,1,Profil Ansy Lema,1,Putra Nagekeo,1,Putusan MK Terbaru,1,Raimudus Nggajo,2,Raja UCL,1,Rasis NTT,1,Refafi Gah,1,Rekonsiliasi Kasus Pamulang,1,Relawan Bara Juang,1,Remi Konradus,1,Rista,1,Rista Korban Ledakan Gas,1,Romo Gusti,1,Romo Max Regus,1,Rote Ndao,1,Ruben Onsu,2,Sabono dan Nona Ambon,1,Safari Politik Ansy Lema,1,Sarwendah,2,Seleksi Akpol 2024,1,Seminari BSB Maumere,1,Sengketa Lahan,1,Shayne Pattyanama,1,Sikka,1,Sis Jane,1,Solar Panel Listrik,1,Spanyol vs Kroasia,1,Status Gunung Kelimutu,1,STF Driyarkara,1,Sumba,1,Sumba Tengah,1,Survei Ansy Lema,1,Survei Charta Politika,1,Survei Indikator Politik,1,Susana Florika Marianti Kandaimau,1,Suster Inosensi,1,Tanah Longsor,1,Tenaga Kerja NTT,1,Tersangka EP,1,Timor Express,1,TPNPM-OPM,1,TTU,2,Universalia,3,Untar,1,Uskup Agung Ende,3,Uskup Baru,3,Uskup Labuan Bajo,2,Uskup Maumere,1,Uskup Max Regus,1,Veronika Lake,1,Video Panas,1,Vina Cirebon,2,Viral NTT,1,Wanita Open BO,1,Yohanis Fransiskus Lema,10,
ltr
item
Si Anak Aren: Mencari Relevansi Diskursus Nasionalisme Saat Ini
Mencari Relevansi Diskursus Nasionalisme Saat Ini
Diskursus nasionalisme di Indonesia aat ini kian problematik bersamaan dengan munculnya rasisme dan etnosentrisme yang makin kuat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwLYti6Kn4i2kYgCXP45baZxPWiIOHs2OdPg-Guz_73k7Jd7894bBrtQXJ0ZmZbQyNZ6gD8wrn-rzzNcQ4cEKBFTttkF-InRsVwt34HjIEJXrkZI559i7QVl_CGz6A6kF4IIfEjNlgxsM/s640/Nasionalisme.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwLYti6Kn4i2kYgCXP45baZxPWiIOHs2OdPg-Guz_73k7Jd7894bBrtQXJ0ZmZbQyNZ6gD8wrn-rzzNcQ4cEKBFTttkF-InRsVwt34HjIEJXrkZI559i7QVl_CGz6A6kF4IIfEjNlgxsM/s72-c/Nasionalisme.jpg
Si Anak Aren
https://www.sianakaren.com/2019/10/mencari-relevansi-diskursus-nasionalisme-saat-ini.html
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/2019/10/mencari-relevansi-diskursus-nasionalisme-saat-ini.html
true
135189290626829409
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy