Kisah tentang Yustina Sila, gadis cantik nan cerdas asal Laja, Bajawa, yang hidupnya penuh dinamika.
![]() |
Yustin (paling kiri) bersama keluarga pada acara wisuda pascasarjana. Foto: dok. pribadi. |
“Seberapa berat beban Anda, sebaiknya Anda selalu memiliki mimpi yang ingin Anda raih. Mimpi itu akan memotivasi dan menyelamatkan Anda (dari pemikiran yang melemahkan)” (Jack Ma).
Yustina Sila, gadis cantik asal kampung Mawo, Laja, kabupaten Ngada, hidup dan lahir persis seperti kisah Jack Ma. Mereka hidup di dunia dan generasi yang berbeda, tapi kisah mereka terpatri di atas bumi yang basah, tempat di mana orang-orang lain dapat membaca jejak hidup mereka yang inspiratif.
Terlahir dari keluarga sederhana, Yustin, begitu sapaan akrabnya, memintal benang kehidupannya dengan kisah-kisah yang begitu menginspirasi.
Sejak masa kecil, ia sudah merajut mimpi-mimpi yang mengalahkan realitas kehidupan keluarga dan sekat-sekat kultural yang mengikatnya. Dalam benaknya tertanam satu untaian mimpi agar kelak menjadi orang sukses. Mimpi itu terus ia pelihara entah situasi dan tantangan apapun yang menghadangnya.
Siapa sangka, wanita paruh baya ini berhasil merebut gelar Magister Hukum Kesehatan dalam waktu 1,5 tahun pada Universitas Hangtuah Surabaya dengan predikat cumlade.
Saban hari, mimpi itu terasa mulai menguap ketika ia harus menerima kenyataan terpisah dari orangtuanya dan hidup bersama keluarga di Kupang saat masih berusia 10 tahun. Usia yang begitu belia bagi seorang anak yang seharusnya menikmati kegembiraan dan kemanjaan kasih sayang dari orangtuanya di Bajawa.
Di tengah lingkungan yang serba baru, dara kelahiran 23 Maret 1992 ini bukan hanya menerima kenyataan pahit meninggalkan orangtua, tapi juga harus menerima pola pemberian kasih sayang yang berbeda.
“Hidup masa kecil saya begitu berat. Tidak mudah untuk saya ungkapkan melalui kata-kata yang tepat. Saya hidup dengan keluarga mama, tapi saya sungguh merasakan tantangan yang hebat, bahkan saya hampir mengubur semua mimpi saya,” ungkapnya ketika diwawancarai per telepon pada Minggu (04/07).
Meski demikian, alumnus SMAK Giovani Kupang ini menemukan fondasi yang memperkokoh pendirian dan komitmennya untuk sabar dan tekun menyimpan semua semua angannya dalam memorinya. Kekuatan itu adalah mimpi-mimpi yang tidak pernah mengalahkan pikirannya untuk menyerah, seperti kata Jack Ma.
Dia percaya, selain doa, komitmennya itu mengumpulkan kembali semua mimpi yang terpolarisasi, serentak memberi daya atau energi baru untuk terus maju.
“Sejak dulu saya sering baca Kitab Suci (Alkitab) untuk minta bantuan Tuhan," ungkapnya.
Manifestasi dari semua harapan itu sungguh dirasakan alumnus Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang ini. Banyak hal tak terduga dialaminya, terutama ketika masa-masa menjelang akhir pendidikan menengah (SMA).
Sempat tidak lolos di beberapa kampus di Kupang untuk melanjutkan studinya, Yustin terdampar di Politeknik Kesehatan jurusan kebidanan (D3). Padahal, dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang bidan atau perawat. Apalagi dia terkenal seorang yang sangat fobia pada darah.
“Saya terpaksa saja masuk ke sana. Padahal tidak ada minat sama sekali. Apalagi bapak dan mama saya punya pilihan berbeda soal jurusan saya. Tapi setelah sampai saat ini, saya justru melihatnya sebagai berkat karena dengan itu terbuka jalan untuk meraih semua mimpi yang lain,” ungkapnya.
Dia menceritakan, ketika melanjutkan pendidikan sarjana kebidanan (DIV) pada Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kediri, Jawa Timur tahun 2016-2017, ia pernah membaca gelar Magister Hukum Kesehatan dari seorang dosen pengampu matakuliahnya.
Sejak itu terbersit mimpi agar suatu saat dapat memperoleh gelar tersebut. Tapi ia tidak pernah tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya.
“Puji Tuhan, setelah saya lulus kuliah dengan nilai yang baik (cumlaude), saya diminta keluarga untuk lanjut lagi kuliah S2. Saya begitu senang dan akhirnya saya ambil jurusan Magister Hukum Kesehatan,” katanya.
Memasuki masa-masa awal kuliah pascasarajana sebagai mahasiswa paling muda dan belum berpengalaman sempat membuat kepercayaan dirinya kecut. Namun ketika mengakhiri semester pertama dengan prestasi IPK tertinggi, serta-merta keyakinan dirinya bertumbuh kembali. Ia pun menargetkan akan menyelesaikan perkuliahan dalam tiga semester.
Target pencapaian itu sungguh-sungguh terjadi, bahkan ia berhasil meraih predikat cumlaude di akhir perjuangannya ketika diwisuda pada 23 Maret 2019 lalu.
Uniknya lagi, tanggal pemindahan toga itu bertepatan dengan tanggal kelahirannya. Peristiwa itu di luar akal sehatnya, karena ketika pertama kali menjenjakkan kakinya di Universitas Hangtuah, ia pernah meminta kepada ketua program studi agar wisuda diadakan pada tanggal kelahirannya.
Tahun 2018 menjadi tahun istimewa sekaligus puncak perjuangan tapak-tapak kehidupan gadis yang mengidolakan megabintang Christian Ronaldo ini. Dia merasa bahwa Tuhan telah menggenapi semua yang dimintanya.
Selain bersyukur karena dapat melanjutkan pendidikannya, ia juga berhasil menyabet gelar Runner II dalam lomba Putri Pariwisata NTT pada Mei 2018 di Kupang. Kejuaraan itu melecut gelora di dalam dirinya untuk terus berpacu menggapai mimpi-mimpi yang lebih besar, hingga kini diterima bekerja sebagai konsultan hukum medis pada sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
Karena memiliki mimpi yang besar, gadis yang mengidolakan Ariel Noah ini sejak sekolah menengah sudah mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya. Karena baginya, bahasa Inggris sangat penting bagi karir selanjutnya.
Tidak mengherankan jika pada beberapa perlombaan bahasa tingkat kampus, ia berhasil mendulang prestasi gemilang. Misalnya, menjuarai lomba debat bahasa Inggris antar jurusan se-Poltekkes Kemenkes Kupang tiga tahun berturut-turut (2012, 2013, 2014). Untuk mempertajamnya, ia mengikuti kursus bahasa Inggris pada Global English, Kampung Inggris, Pare-Kediri, Jawa Timur, pada tahun 2017.
Di sela-sela perkuliahan magisternya pun, ia memilih bekerja agar dapat membantu meringankan beban keluarganya. Banyak pekerjaan yang dilakukannya. Pada tahun 2017, ia pernah bekerja sebagai bidan pada Praktik Mandiri Bidan Maria Hagul, Surabaya.
Namun karena dirasa cukup menyita waktu perkuliahan, maka tahun 2017 dia bekerja sebagai reseptionis pada PT Rona Sarana, Surabaya. Kemudian, pada 2018-2019, gadis peminat politik dan hukum ini bekerja sebagai Tax and Marketing pada PT Rona Sarana, Surabaya.
Yustin pada masa mudanya juga aktif dalam hidup menggereja dan berorganisasi. Pada 2014, ia terlibat sebagai Badan Pengurus Kumpulan Mahasiswa Katolik Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kupang.
Lalu, tahun 2015 menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kupang. Yustin juga pernah menjadi Badan Pengurus Angkatan Prodi Bidan Pendidik (DIV) di Universitas Kediri pada tahun 2016.
Ketegaran dan ketekunan Yustin meraih mimpinya mendapat pujian dan apresiasi tinggi dari keluarganya. Dia mengakui, justru ketika dia mampu meyakinkan keluarganya, serta merta keluarga akan mengakuinya sebagai anak yang tegar dan kuat.
“Bagi saya, apapun didikan orangtua, sekeras apapun, selalu punya berkah tersendiri bagi hidup saya. Maka saya percaya, semua itu demi kebaikan saya di kemudian hari,” ungkapnya.*
COMMENTS