Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko merupakan lembaga pendidikan calon imam dan biarawan yang saat ini dikelola Ordo Karmel.
![]() |
Foto di depan Seminari KPA Mataloko. Dok. pribadi |
Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko merupakan sebuah lembaga pendidikan calon imam dan biarawan. Di dalam seminari ini dididik dan dibina para remaja dan pemuda untuk memupuk tunas-tunas panggilan, dengan pola pembinaan yang khas, terutama bimbingan rohani yang matang, pembinaan moral dan intelektual, juga pemeliharaan kesehatan badan maupun jiwa.
Pendidikan dan pembinaan di seminari ini diatur dengan pola berkelanjutan mulai dari seminari menengah sampai dengan seminari tinggi. Tujuan dari pembinaan berkelanjutan ini adalah agar para seminaris menyadari bahwa panggilan yang sedang mereka jalani adalah benar-benar dimaksudkan untuk membaktikan diri sepenuhnya dalam pengabdian diri kepada Allah dan pelayanan pastoral.
Sejarah Berdirinya
Seminari KPA St. Paulus pada mulanya didirikan oleh Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat. Seminari ini berdiri atas permohonan Yang Mulia Bapak Uskup Sintang, Mgr. Ishak Doera, Pr., kepada Yang Mulia Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, dalam surat No. 191/Sem/88, tertanggal 8 Agustus 1988.Permohonan pendirian seminari ini dimaksudkan untuk menjaring para calon imam dari daratan Flores guna memenuhi kebutuhan kurangnya tenaga pelayan pastoral bagi Keuskupan Sintang.
Kebutuhan tenaga imam bagi Keuskupan Sintang sangat mendesak, mengingat wilayah Keuskupan Sintang yang begitu luas, sementara tenaga imam sangat terbatas. Permohonan Bapak Uskup Sintang tersebut diterima dan dikabulkan oleh Yang Mulia Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, melalui surat No. 316/KUS/88, tertanggal 25 Agustus 1988.
Pada bulan September 1988, dimulailah pembangunan gedung Seminari. Setelah kurang lebih 5 bulan, gedung seminari telah hampir selesai dibangun.
Pada tanggal 25 Januari 1989, Yang Mulia Bapak Uskup Sintang, Mgr. Ishak Doera, Pr. secara resmi membuka pendaftaran bagi para calon seminaris. Pada tangal 25 Januari 1990, Yang Mulia Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, mewakili Yang Mulia Bapak Uskup Sintang yang berhalangan hadir, berkenan meresmikan berdirinya lembaga pendidikan calon imam ini dengan nama: SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS SINTANG di Mataloko, Ngada, Flores, NTT.
Untuk selanjutnya, lembaga pendidikan calon imam ini lebih dikenal dengan nama atau sebutan: Seminari St. Paulus Sintang atau Seminari Sintang.
Tokoh Utama dan Lika-Liku Perjalanan
Secara hukum Seminari St. Paulus Sintang memang didirikan oleh bapak Uskup Sintang Mgr. Ishak Doera, Pr., namun secara real, tokoh yang sangat berjasa dan boleh dikatakan sebagai peletak dasar/pendiri Seminari St. Paulus adalah Rm. Matias Sala Rawa Patty, Pr.Dia adalah seorang Imam Projo Keuskupan Sintang yang berasal dari Wolowaru-Ende. Beliau ditahbiskan pada 19 Juli 1988 dan tugas pertama yang dipercayakan kepadanya adalah membangun dan memulai penyelenggaraan Seminari St. Paulus Sintang di Mataloko.
Dengan penuh perjuangan, kasih dan air mata beliau memulai Seminari ini yang pada awalnya adalah sebuah lembaga pendidikan keterampilan milik bapak Yosep Supit, yang kemudian hari menjadi imam Projo Keuskupan Sintang. Romo Yosep Supit, Pr menyerahkan tanah miliknya untuk dipakai sebagai Seminari.
Rencana Penutupan
Setelah lebih kurang 12 tahun perjalanan Seminari Menengah St. Paulus Sintang telah menghasilkan XIII angkatan, dengan jumlah seminaris 696 orang, maka Keuskupan Sintang telah mengevaluasi bahwa penyelenggaraan Seminari Sintang di Mataloko yang dengan misi awal mencari bibit panggilan bagi pelayanan pastoral Keuskupan Sintang.Ternyata bibit panggilan tidak terpenuhi bahkan semakin tidak ada calon yang ingin bergabung dengan Keuskupan Sintang. Selain itu, Keuskupan Sintang sendiri telah memutuskan untuk membuka sebuah seminari di Keuskupan Sintang dan bermaksud menutup Seminari Menengah Santo Paulus Sintang di Mataloko.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan para uskup, pemimpin serikat dan ordo, rupanya rencana Keuskupan Sintang untuk menutup Seminari Menengah St. Paulus Sintang di Mataloko tidak mendapatkan reaksi positif.
Justru para uskup, pemimpin serikat dan ordo sangat menyayangkan rencana penutupan seminari tersebut. Akhirnya pihak Keuskupan Sintang mengajukan opsi lain yakni akan menghibahkan seminari tersebut kepada siapa saja yang berkenan melanjutkan penyelenggaraannya.
Sebagai tindak lanjut dari opsi penghibahan Seminari Menengah St. Paulus Sintang di Mataloko oleh pihak Keuskupan Sintang, maka setelah dilakukan kesepakatan dengan beberapa keuskupan, serikat dan ordo; pada tanggal 15 Januari dalam sebuah perayaan Ekaristi, diadakan serah terima penyelenggaraan Seminari Menengah St. Paulus Sintang di Mataloko.
Dari pihak Keuskupan Sintang diwakili oleh Vikjen Keuskupan Sintang dan dari pihak penerima diwakili oleh Provinsial Ordo Karmel Indonesia, yang mewakili beberapa keuskupan dan serikat.
Momen serah terima Seminari Menengah St. Paulus Sintang di Mataloko kepada pihak penyelenggara yang baru, yang diwakili oleh Ordo Karmel Indonesia, sekaligus menjadi sebuah momen pergantian nama lembaga pendidikan calon imam ini.
Nama lembaga pendidikan calon ini semula adalah SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS SINTANG DI MATALOKO, GOLEWA 86461, NGADA, FLORES, NTT berganti nama menjadi: SEMINARI MENENGAH KPA ST. PAULUS MATALOKO, GOLEWA 86461, NGADA, FLORES, NTT.
Visi dan Misi
Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko sebagai sebuah lembaga pendidikan calon imam tentunya memiliki visi dan misi yang menjadi kekuatan pertumbuhan dan perkembangannya ke masa depan.Visi Seminari St. Paulus adalah “Mengikuti Yesus kristus dengan hati yang murni seturut teladan St. Paulus, Rasul Bangsa-bangsa” dan misinya adalah “Membangun komunitas intelektual yang berdoa, bersaudara dan bertanggung jawab”.
Ada lima S (5S) yang ditekankan di dalam lembaga ini, yakni Sanctitas (kerohanian), Sanitas (kesehatan), Simplicitas (kesederhanaan), Societas (sosial), dan Sapientia (intelektual).
Oleh karena itu seminaris yang dididik dan dibina di lembaga ini mesti memiliki kualitas kerohanian yang baik, sehat secara fisik, hidup dalam kesederhanaan, berjiwa sosial dan mantap secara intelek. Dengan memenuhi kelima S ini, Seminari St. Paulus Mataloko berharap bahwa tamatan atau lulusan seminari ini benar-benar menjadi pribadi yang produktif dan siap pakai.
Dimensi-dimensi Pembinaan
Secara umum Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko memberikan pembinaan dalam tiga bentuk pendampingan, yakni:- Bidang Spiritual: doa; kuis kitab suci; ibadat harian (Brevir); ekaristi; retret; ziarah, rekoleksi, latihan-latihan rohani (taize, meditasi, lectio divina, ibadat sabda, membuat catatan harian dan ringkasan rohani.
- Bidang Intelektual: kegiatan belajar mengajar di kelas, membuat paper/artikel ilmiah, seminar/sidang akademi, pengembangan kreativitas (tulis-menulis) dan sebagainya.
- Bidang Komunal: pembinaan dan pembentukan kepribadian, latihan kepemimpinan, menghayati persaudaraan dalam komunitas, kerja (kerja bakti, aksi sosial/aksi-aksi kemanusiaan), dan live in di tengah umat.
Pesta Perak
Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko yang semula adalah bangunan sederhana, terdiri dari dinding-dinding pelupuh atau dibahasakan sebagai “Gubuk Bambu”, kini telah memasuki usianya yang ke-25 tahun pada tahun 2014.Sejenak ketika kembali ke belakang, di usia 25 tahun, tentu ada banyak catatan, banyak kisah, rentetan pengalaman yang terlukis di setiap pribadi yang mengenal lembaga ini, teristimewa para alumni tamatan Seminari Menengah St. Paulus Mataloko.
Kisah-kisah suka dan duka, pengalaman-pengalaman persaudaraan yang semula dimulai oleh Rm. Matias Sala Rawa Patty, Pr, bersama dengan seminaris angkatan pertama dan angkatan-angkatan selanjutnya.
Kemudian terus berlanjut hingga saat ini dengan pergantian pemimpin dari angkatan ke angkatan (P. Christian Han, O.Carm, P. Vinsen Delo Betu, O.Carm, dan sekarang P. Yohanes Yanto Ndona, O.Carm), sudah barang tentu menggoreskan banyak cerita indah yang mengusik sukma dan pastinya menjadi kenangan berharga tak terlupakan dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Sesaat setelah menoleh ke belakang dengan sekian cerita indah akan suka-duka, kegagalan dan keberhasilan yang dialami, kini wajah baru Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko naik ke permukaan dan tentu mengalami sebuah perubahan besar.
Perubahan itu mencakup keadaan fisik bangunan seminari (dari gubuk bambu kini perlahan-lahan hilang meski masih tinggal tiga bangunan yang masih berdindingkan pelupuh (kamar tidur para seminaris, ruang makan dan dapur).
Tidak saja perubahan keadaan fisik bangunan, hal lain meliputi jumlah seminaris yang meningkat dari tahun ke tahun dengan asal wilayah yang berbeda, juga bentuk-bentuk kegiatan pendidikan, pembinaan dan pendampingan yang memacu seminari untuk terus berjuang, berjiwa besar dan mantap dalam kapasitas intelek.*
Artikel ini ditulis oleh P. Ovan Setu, O.Carm.
COMMENTS