--> Jalan Terjal Populisme Jokowi | Si Anak Aren

Jalan Terjal Populisme Jokowi

Dengan segala fenomena dan kondisi demokrasi politik Indonesia saat ini, agaknya populisme Jokowi mesti bergerak lebih dari sekedar blusukan.


Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam debat publik menjelang Pilpres 2019. Foto: Dok. Istimewa.

Dengan segala fenomena dan kondisi demokrasi politik Indonesia saat ini, agaknya populisme Jokowi mesti bergerak lebih dari sekedar blusukan.
Patut diterima fakta bahwa kemunculan Jokowi persis ketika sistem politik dan ekonomi bangsa kita sedang dalam keadaan “terancam”. Menguatnya pakta oligarkis, mandulnya sistem perwakilan, karakter elitisme pejabat publik, birokratisme, dan bangkitnya politik massa (mobokrasi) turut merongrong upaya demokratisasi pasca angin segar Reformasi (1998). Di tengah kondisi demikian, ketidakpercayaan dan ketidakpuasan rakyat terhadap lembaga-lembaga politik formal menjadi niscaya. Namun, alih-alih membawa “obor promotheus” ke bumi Nusantara, Jokowi kini terbentur oleh real-poilitik primordial yang masif.
Sejak terpilih menjadi Presiden di Pilpres 2014, memang ada banyak perubahan terjadi: pembangunan infrastruktur besar-besaran di kota dan pedesaan, perbaikan ekonomi rakyat, reorganisasi fiskal, dan sedikit keberhasilan dalam program redistribusi kemakmuran. Jokowi juga secara perlahan berupaya merestrukturisasi dominasi oligarkis di tubuh pemerintahan. Sistem birokrasi yang elitis berubah menjadi lebih populis. Filosofi seorang rocker yang bekerja cepat-tepat dan logika pasar pun diterapkan.
Namun pertama-tama, “fenomena populisme yang tercermin pada sosok Jokowi, janganlah terlalu cepat dikatakan sebagai sejenis perubahan,” demikian tulis Max Lane (dalam AE Priyono dan Usman Hamid (eds.): 2015, 823-845). Menurutnya, apa yang terjadi dengan gaya politik Jokowi hanya menunjukkan bahwa ada hubungan ke arah proses perubahan tersebut. Proses perubahan tersebut adalah bahwa Jokowi sebagai pengusaha lokal di Solo bisa meraih kursi kepresidenan, meski ia bukanlah politisi atau kader partai. Ini menunjukkan gejala baru demokratisasi di Indonesia, bahwa seorang pengusaha atau politisi lokal dapat meraih kesempatan menduduki jabatan tertinggi di negeri ini.
Lane melihat ada tiga poin kunci kesuksesan Jokowi. Pertama, Jokowi berhasil membaca kebencian masyarakat luas terhadap gaya elitisme, yang merupakan kecenderungan umum para politisi dan pejabat publik, sehingga ia memilih blusukan. Kedua, selama menjabat sebagai pejabat publik, Jokowi tidak tersangkut masalah korupsi. Dan ketiga, Jokowi secara konsisten menerapkan kebijakan redistribusi kesejahteraan (social safety net), antara lain lewat Kartu Sakti: KIP, KIS dan KKS. Kebijakan ini menjadi senjata andalannya dalam kampanye politiknya hingga meraih kekuasaan sebagai Presiden.
Setelah menahkodai bangsa Indonesia selama kurang lebih empat tahun, Jokowi kini dihadapkan pada situasi “krusial”, yang mana harus memilih calon Wakil Presiden (wapres) yang “cocok” menurut kacamata seluruh komponen masyarakat Indonesia. Kenapa? Karena bila salah memilih calon wakil presiden yang tepat, itu akan berpotensi rentan terhadap posisi dan elektabilitasnya akibat guncangan politik oposisi. Maka tidak terlalu berlebihan bila partai koalisi memandatkan sepenuhnya keterpilihan wapres kepadanya. Hal itu agak bertolak belakang dengan koalisi partai oposisi, di mana masing-masing partai pengusung menyiapkan kadernya untuk dipilih oleh Prabowo.
Pada Kamis (9/8), secara mengejutkan Jokowi telah menjatuhkan pilihan secara purna cawapresnya pada sosok senior ulama, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin. Sementara Prabowo pun di luar ekspektasi partai koalisi malah memilih Sandiago Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta saat ini. Penetapan cawapres kedua kubu itu persis sehari sebelum penutupan bursa pendaftaran capres-cawapres di Pilpres 2019.
Menyimak fenomena politik aktual saat ini, agaknya gaya politik populisme Jokowi sebagaimana dijalankan pada Pilpres 2014 lalu tidak lagi relevan. Gaya politik blusukan dengan merendam diri di lumpur, atau menyapa rakyat di pasar, tidak lagi dibutuhkan. Memang karakter kepemimpinan demikian yang diharapkan rakyat, karena sesuai dengan makna pemimpin sebagai pelayan masyarakat. Tapi de facto, justru tipe pemimpin seperti itu yang dikritik oposisi dengan alasan yang sangat kerdil: ‘Indonesia butuh pemimpin tegas’.
Inilah fakta bahwa budaya dan moralitas politik kita bergerak pada rel yang sangat kontraproduktif. Bahwa saat ini bangsa kita sedang tidak membutuhkan pemimpin yang bersih, tapi pemimpin yang mampu mengartikulasi kepentingan ekonomi-politik segelintir orang; pemimpin yang justru muncul dari rahim oligarki dan korup.
Karena itu, pasca penetapan capres-cawapres Pilpres 2019, Jokowi diharapkan mampu mengkonsolidasi kekuatan politik, bukan hanya dengan blusukan, tapi juga dengan menjalin komunikasi politik yang cerdas di antara sesama elit politik. Apa yang telah dilakukannya pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 pasca Demo 212, menunjukkan kepiawaiannya menyusun kekuatan politik. Dengan menyambangi para elit partai, pemimpin agama dan organisasi massa, Jokowi perlahan-lahan merancang basis politiknya agar tetap kuat dan menjadi figur sentral dalam percaturan politik nasional.
Hal itu nyata, bahwa hingga saat ini, tidak ada satu pun tokoh nasional yang mampu mengikis kepopulerannya. Bahkan, pada perhelatan demokrasi (Pilpres) dua kali beruntun, Jokowi menjelma sebagai salah satu tokoh yang sulit digoyang, kecuali lewat praktik-praktik subversif yang kerdil dari lawan-lawannya.
Penunjukkan cawapres terhadap tokoh agama, Ma’ruf Amin, janganlah cepat-cepat dilihat sekedar untuk kepentingan pragmatis, tapi bisa dilihat sebagai kemajuan etis politik kebangsaan, bahwa politik ulama pun punya tempat yang relevan di republik ini demi konsolidasi politik. Sebab, konsolidasi politik inilah yang menjadi pekerjaan sulit sebuah negara yang merdeka akibat pertumpahan darah seperti Indonesia (bdk. Huntington: 1995, 347-354).
Kini sudah semestinya populisme Jokowi bergerak pada rel yang tidak biasa. Di satu sisi, ia mesti tetap menjaring kekuatan dengan masyarakat akar rumput (blusukan), tapi di sisi lain, ia juga mesti mengakomodasi “terjangan” politik horizontal demi tercapainya agenda pembangunan Revolusi Mental dan Nawacita.
Sebab untuk melembagakan agenda populis ia memerlukan konsolidasi politik tingkat tinggi, apalagi ketika representasi (DPR) melemah dan kehilangan kredibilitas. Lebih dari itu, transformasi program populis ke agenda publik mengandaikan keberfungsian semua elemen dan institusi demokrasi.*

COMMENTS

Entri yang Diunggulkan

Misteri Kematian Diplomat Arya: HP Hilang hingga Hasil Rekam Medis

Diplomat Arya Daru Pangayunan. JAKARTA -- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan mot...

Nama

4 Wanita Pesta Miras,1,Ade Chaerunisa,1,Adonara,1,Advetorial,1,Ahmad Sahroni,1,Aktor Politik,7,Alex Longginus,2,Andreas Hugo Pareira,3,Anggota DPRD TTU,1,Ansar Rera,1,Ansy Jane,1,Ansy Lema,28,Ansy Lema for NTT,3,Apel Hari Pancasila Ende,1,Bandara Ende,1,Bandara Maumere,1,Bank NTT,1,Bapa Sindi,1,Bapa Suci,1,Bayi Menangis,1,Bela Negara,1,Bentrok Antar Gereja,1,Berita Flores,1,Bertrand Peto,1,Bertrand Pulang Kampung,1,Beta Cinta NTT,4,Betrand Peto,1,Bupati Sikka,1,Cafe Alung,1,Calon Gubernur NTT,6,Calon Gubernur PDIP,1,Car Free Night,1,Carlo Ancelotti,1,Catar Akpol Polda NTT,1,Dana Pensiun,1,Danau Kelimutu,1,Danau Tiga Warna,1,Degradasi Pancasila,1,Desa Fatunisuan,1,Doktor Filsafat dari Nagekeo,1,DPD Hanura NTT,1,DPO Kasu Vina,1,DPRD Nagekeo,2,Dr. Sylvester Kanisius Laku,1,El Asamau,1,Elektabilitas Ansy Lema,1,Elon Musk,1,Ende,3,Erupsi Gunung Lewotobi,2,Euro 2024,1,Film Vina,1,Flores,1,Flores NTT,1,Flores Timur,4,GABK,1,Gen Z,1,GPIB,1,Gubenur NTT,1,Gubernur NTT 2024,1,Gugat Cerai,1,Gunung Kelimutu,1,Gunung Lewotobi,2,Guru Remas Payudara,1,Gusti Brewon,1,Hari Lahir Pancasila,1,Hasil Pertandingan Spanyol vs Kroasia,1,Hendrik Fonataba,1,Hukrim,24,Hukum-Kriminal,9,Humaniora,163,Ikatan Dosen Katolik,1,IKDKI,1,Influencer NTT,1,Insight,15,Jadwal Kunjungan Paus Fransiskus,1,Jane Natalia,1,Jual Beli Tanah,1,Kadis Koperasi,1,Kaka Ansy,3,Kakek Sabono,1,Kasus Kriminal di NTT,1,Kata-Kata Elon Musk,1,Kata-Kata Inspiratif,2,Kejati NTT,2,Kekerasan Seksual di NTT,1,Keluarga Onsu,1,Kepsek di Rote Ndao,1,Kepsek di TTU,1,Keuskupan Labuan Bajo,1,Keuskupan Maumere,1,KKB,1,Komodo,1,Komuni Pertama,1,Kongres PMKRI,1,Kontroversi PMKRI,1,Korban Longsor,1,Kota Kupang,1,Kunjungan Paus ke Indonesia,1,Labuan Bajo,1,Ledakan Gas,1,Lemondial Business School,1,Liga Champions,1,Longsor di Ende,1,Longsor di Flores,1,Longsor di Nagekeo,1,Mafia Tanah,1,Mahasiswa Nagekeo,1,Malaysia,1,Mama Sindi,1,Maumere Viral,1,Max Regus,1,Media di NTT,1,Megawati,1,Megawati ke Ende,1,Melki Laka Lena,1,Mesum Dalam Mobil,1,Mgr Ewald Sedu,1,Milenial Sikka,1,MK,1,Model Bali,1,Nagekeo,1,Nasional,45,Nelayan NTT,1,Nenek Tenggelam,1,Nona Ambon,1,NTT,1,Pamulang,1,Panti Asuhan Naungan Kasih,1,Papua,1,Pariwisata,6,Paroki Nangahure,1,Pastor Paroki Kisol,1,Pater Budi Kleden SVD,1,Paulus Budi Kleden,2,Paus Fransiskus,3,Paus Fransiskus Tiba di Indonesia,1,Pegi alias Perong,2,Pegi Setiawan,2,Pekerja NTT di Malaysia,1,Pelaku Penikaman,1,Pemain Naturalisasi,1,Pemerkosaan di NTT,1,Pemerkosaan Guru,1,Penggerebekan,1,Pensiunan Bank NTT,1,perempuan dan anak ntt,1,Perempuan NTT,1,Pertanian NTT,1,Piala Liga Champios,1,Pilgub NTT,23,Pilkada NTT,1,Pj Bupati Nagekeo,2,PMI NTT,1,PMKRI,1,PMKRI Papua,1,Polda NTT,1,Politik,29,Polres Sikka,1,Polresta Kupang Kota,1,Pos Kupang,1,Profil Ansy Lema,1,Putra Nagekeo,1,Putusan MK Terbaru,1,Raimudus Nggajo,2,Raja UCL,1,Rasis NTT,1,Refafi Gah,1,Rekonsiliasi Kasus Pamulang,1,Relawan Bara Juang,1,Remi Konradus,1,Rista,1,Rista Korban Ledakan Gas,1,Romo Gusti,1,Romo Max Regus,1,Rote Ndao,1,Ruben Onsu,2,Sabono dan Nona Ambon,1,Safari Politik Ansy Lema,1,Sarwendah,2,Seleksi Akpol 2024,1,Seminari BSB Maumere,1,Sengketa Lahan,1,Shayne Pattyanama,1,Sikka,1,Sis Jane,1,Solar Panel Listrik,1,Spanyol vs Kroasia,1,Status Gunung Kelimutu,1,STF Driyarkara,1,Sumba,1,Sumba Tengah,1,Survei Ansy Lema,1,Survei Charta Politika,1,Survei Indikator Politik,1,Susana Florika Marianti Kandaimau,1,Suster Inosensi,1,Tanah Longsor,1,Tenaga Kerja NTT,1,Tersangka EP,1,Timor Express,1,TPNPM-OPM,1,TTU,2,Universalia,3,Untar,1,Uskup Agung Ende,3,Uskup Baru,3,Uskup Labuan Bajo,2,Uskup Maumere,1,Uskup Max Regus,1,Veronika Lake,1,Video Panas,1,Vina Cirebon,2,Viral NTT,1,Wanita Open BO,1,Yohanis Fransiskus Lema,10,
ltr
item
Si Anak Aren: Jalan Terjal Populisme Jokowi
Jalan Terjal Populisme Jokowi
Dengan segala fenomena dan kondisi demokrasi politik Indonesia saat ini, agaknya populisme Jokowi mesti bergerak lebih dari sekedar blusukan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1uIFYYydHSdb1lcghlxGmq3A9fOq5b0Y6r66abzo7T_S_VeJVgJLueV9iR0UsnNSdmYWVkDj0idwGQ-NQzrSz_A4p_oF0B9qIQm4Q0Eaz69PuTcEw52VjnhCTplbwVMyG1Fp1Jd4agxc/s640/2DDDCCEF-148A-43A2-83E1-33425131C00F_w650_r1_s.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1uIFYYydHSdb1lcghlxGmq3A9fOq5b0Y6r66abzo7T_S_VeJVgJLueV9iR0UsnNSdmYWVkDj0idwGQ-NQzrSz_A4p_oF0B9qIQm4Q0Eaz69PuTcEw52VjnhCTplbwVMyG1Fp1Jd4agxc/s72-c/2DDDCCEF-148A-43A2-83E1-33425131C00F_w650_r1_s.jpg
Si Anak Aren
https://www.sianakaren.com/2019/06/jalan-terjal-populisme-jokowi.html
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/2019/06/jalan-terjal-populisme-jokowi.html
true
135189290626829409
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy