--> Senjakala Media di Era Revolusi Industri | Si Anak Aren

Senjakala Media di Era Revolusi Industri

       Media convergence ilustration. Photo taken from bisotisme.com Di tengah arus perubahan teknologi akibat revolusi industri, or...


    Media convergence ilustration. Photo taken from bisotisme.com

Di tengah arus perubahan teknologi akibat revolusi industri, organisasi media sudah seharusnya menyesuaikan dirinya dengan realitas lingkungan di luar dirinya. Karena lingkungan, dalam hal ini "pasar" telah menjadi "raja" di mana industri media harus masuk dan bertarung. Hal itu sejalan dengan dialektika fungsi media itu sendiri, yaitu sebagai lembaga informasi dan industri atau lembaga bisnis. Akhirnya, hukum rimba berlaku: yang bertahan hanya bagi mereka yang memenangkan pertukaran pasar. 

Miles dkk. (1997) mendeskripsikan format organisasi sebagai logika yang membentuk strategi, struktur, dan proses manajemen perusahaan menjadi efektif terhadap perubahan yang ada. Ketika lingkungan berubah, strategi berubah dan bentuk organisasi yang ada dipaksa untuk bereksperimen dengan cara-cara baru dan mengkonsolidasikan sumber daya. Dalam organisasi media pun, di mana perubahan besar dalam lingkungan strategis secara bersamaan mengikis dasar pemikiran struktur organisasi dan mendorong pengembangan alternatif. Akhirnya muncullah trend seperti merger, akuisisi, aliansi dan usaha patungan, spin-off, start-up, dan jaringan internal dan eksternal lainnya. 

Permasalahan pokok semua dari perubahan itu adalah karena sebagian besar perusahaan saat ini dijalankan untuk meminimalkan risiko, tetapi di lain pihak, ingin mengakumulasi keuntungan sebesar mungkin. Sebagian lainnya karena ada beberapa pemain media yang tidak cepat merespon perubahan atas dasar kekurangan sumber daya, kompetensi dan persaingan, sehingga muncul kecenderungan menimbun informasi dan data penting. Atau dengan cara lain, ingin menguasai akses dan panggung informasi seluas mungkin. Kegagalan dianggap mahal dan pengambilan keputusan dan kekuasaan media berada di tangan segelintir orang. Menurut Schmidt, pendiri Google, kecenderungan demikian tidak lagi berlaku di era internet (dotcom age)

Para ahli telah menyatakan bahwa sejak tahun 1970-an, perusahaan-perusahaan besar yang secara tradisional terintegrasi secara vertikal tidak lagi menjadi model struktural standar organisasi, karena perlahan-lahan struktur organisasi telah menjadi lebih longgar dengan aliansi antar perusahaan yang muncul sebagai alternatif.

Gejolak perubahan ini diidentifikasi oleh ekonom Ronald Coase, ketika ia mengidentifikasi konsep biaya transaksi dan menyarankan bahwa salah satu tujuan mendasar dari organisasi adalah untuk mengatasi hal itu. Hukum Coase (1937) menyatakan bahwa organisasi akan meluas jika biaya penyelenggaraan transaksi tambahan dalam perusahaan sama dengan biaya untuk melakukan transaksi yang sama melalui pertukaran di pasar terbuka. Asumsinya, ketika lebih murah melakukan transaksi secara internal dan organisasi melakukan lebih banyak kegiatan di kantor, maka perusahaan akan bertumbuh pesat. Sebaliknya, ketika lebih murah untuk melakukan transaksi secara eksternal di pasar terbuka, perusahaan akan melakukan outsourcing kepada pemasok eksternal, sehingga tetap kecil biayanya. 

Namun dengan kemajuan teknologi memacu sejumlah prediksi mengenai bentuk organisasi masa depan, di mana organisasi cenderung akan mengurangi ukuran, dengan pergeseran dari struktur pemerintahan hierarkis ke pertukaran pasar. Atau menurut Druker (1985) akan muncul fenomena paralel, yaitu munculnya “pekerja pengetahuan” yang akan menggunakan keterampilan intelektual daripada fisik. 

Apalagi di era milineal, banyak orang tidak akan cocok dengan struktur organisasi hierarkis, karena penciptaan pengetahuan memerlukan interaksi dan pertukaran pengetahuan dalam skala luas. Pertemuan pekerja pengetahuan dan organisasi jaringan digitalisasi akan memacu munculnya organisasi “era informasi”. Lembaga-lembaga ini akan memungkinkan informasi dibagikan secara instan dan murah di antara unit-unit kecil yang tersebar secara geografis. Meski demikian, organisasi besar dan mapan tetap bertahan dan masih terorganisasi secara hierarkis.
Model organisasi modern, di mana customer menjadi raja.

Namun, saat ini perusahaan-perusahaan media besar pun telah bergabung (merger), aliansi, konglomerasi, dan cara kerja jejaring; dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya (Kung, 2017). Ada sebuah ekspansi besar-besaran tidak hanya dengan pesaing di sektor bisnis yang sama, tetapi juga dengan perusahaan yang terlibat dalam bidang lain yang dapat dijadikan sebagai pelengkap. 

Dalam beberapa dekade milenium terakhir, gelombang merger dan akuisisi ini memunculkan satu perubahan struktural yang paling signifikan dalam industri media, yang meniscayakan pertumbuhan konglomerat media global. Perusahaan-perusahaan menciptakan kader konglomerat global multidivisional kompleks yang besar dengan kegiatan yang mencakup beberapa bidang industri konvergen yang mewakili restrukturisasi yang mendalam. 

Ada berbagai faktor lain yang turut memengaruhi perubahan ini: 1) Globalisasi memungkinkan integrasi pasar-pasar nasional sebelumnya menjadi pasar transnasional yang lebih besar; 2) Perubahan teknologi menciptakan peluang bagi perusahaan media untuk berekspansi ke bidang baru dan mengimbangi penurunan yang sebenarnya atau diantisipasi dalam bisnis utama; 3) Pengembangan infrastruktur modal global dan internasionalisasi lembaga keuangan menyediakan sumber keuangan bagi perusahaan media besar untuk memperluas dan menjadi lebih global; 4) Perusahaan-perusahaan terkonsolidasi cukup besar menawarkan peningkatan potensi bagi skala dan cakupan ekonomi dan sinergi; 5) Perusahaan media yang terdiversifikasi besar memperoleh manfaat dari peningkatan kontrol dan pengurangan paparan resiko; dan 6) Dengan asumsi bahwa dalam dunia media konvergen, “konten akan menjadi raja”, perusahaan media perlu mencari sumber konten baru yang menarik untuk memperluas jangkauan produk atau pasar mereka (Kung, 2017).

Ada kekhawatiran akan dampak potensial dari gejala organisasi media besar seperti itu. Kecemasan itu beralasan karena dapat menciptakan oligopoli global dan menghalangi pemain baru (start-up) memasuki sektor ini. Selain itu ada tendensi homogenisasi produk, sehingga organisasi media besar harusnya meminimalisasikan perluasan inovasi sehingga dapat meningkatkan pluralisme. Di satu sisi aliansi memang menghemat biaya tetapi berisiko terhadap perbedaan pendapat, ketegangan budaya, dan kinerja mitra yang berbeda.

Untuk mengakomodasi semua risiko yang ada, maka muncullah struktur jaringan digital global biaya transaksi perusahaan yang akan menyebabkan struktur yang besar, rumit, dan diatur secara hierarkis. Kelompok organisasi yang berjejaring, terutama mereka yang berada dalam teknologi informasi dan komunikasi menjadi topik yang dominan dalam studi struktur organisasi selama tahun 1980-an hingga saat ini. Jaringan dipandang memberi manfaat dalam lingkungan yang kompleks dan tidak pasti, dalam hal fleksibilitas, peningkatan ruang lingkup, akses ke sumber daya, kompetensi, teknologi dan pasar, dan jaring pengaman untuk proyek eksplorasi yang tidak pasti.


Jaringan yang terjadi pada media global

Meski begitu, restrukturisasi organisasi media juga datang dari “pemain kecil (start-up) yang dianggap lebih kreatif, fleksibel dan inovatifNamun mereka belum memiliki struktur yang utuh, brand, aset konten dan finansial, dan terkadang terkontaminasi oleh logika organisasi konvensional. Beberapa organisasi media baru yang paling kreatif – MTV, CNN, YouTube – muncul untuk menciptakan kategori baru bisnis media. Bisa dikatakan situasi baru memungkinkan mereka untuk mengembangkan peluang bisnis dan mengurangi potensi kerusakan dari organisasi yang sudah mapan. 

Contoh perusahaan start-up di Indonesia


Perusahaan rintisan baru ini diminati anak-anak muda (generasi milineal) dan pembuat kebijakan karena berdampak positif terhadap inovasi dan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan daya saing. Namun dikhawatirkan bahwa konsolidasi dalam industri media akan menghalangi pendatang baru karena mereka tidak dapat menandingi skala ekonomi dan penetrasi pasar pemain media terbesar. 

Pertanyaan kita, masih cerahkah masa depan industri media? Atau, malah jadi lebih suram dari "lampu pelita" warisan para tua-tua. Lebih konkret, di mana segmentasi dan positioning media-media konvensional. 

Eppler (2009) mengkhawatirkan dampak revolusi industri terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, karenam menurutnya, revolusi bukannya menciptakan lapangan pekerjaan baru, tapi malah menghancurkannya. Yang bertambah adalah bangkitnya pekerjaan di bidang jasa.

Hadirnya revolusi 4.0 atau yang dalam proyek raksasa industri Barat menyebut sebagai kedatangan generasi 5 (5G), pasca generasi 4 (4G), di mana digitalisasi dan otomatisasi telah menjadi hal yang tidak dapat dihindari, dan perkembangannya begitu cepat, masif dan tak terkendali. Inilah era disrupsi (chaos), di mana terjadi perampingan struktur organisasi, penyusutan jumlah angkatan kerja karena telah diganti oleh teknologi digital (digitization). Karena itu ramalan Eppler benar, bahwa tenaga manusia semakin tidak dibutuhkan setelah diganti oleh kecerdasan buatan (artificial inteligence).

Percaya atau tidak, yang dibutuhkan dan yang bertahan di era baru (new age) adalah pekerja-pekerja di bidang komputer, teknologi, arsitektur, ritel, manufaktur, asuransi, dan pekerja penyedia jasa. Lihat saja perkembangan Tokopedia, Bukalapak, Gojek, dan perusahaan rintisan lain saat ini. Ketiga perusahaan start-up ini telah menjadi "orang kaya baru" di Indonesia, dan menjadi prototipe bagi perusahaan baru lainnya. 
Daftar perusahaan rintisan yang sukses menemukan segmentasi pasar

Tapi ini tidak berarti jenis pekerjaan lain akan mati dengan sendirinya. Mereka sama-sama tumbuh, tapi pada akhirnya jenis-jenis pekerjaan jasa akan berkembang lebih pesat jauh di atasnya. Memang ada kekhawatiran perusahaan baru cenderung tidak bertahan dan gagal, seperti telah terjadi di Barat, tapi teknologi telah menciptakan ruang yang lebih leluasa bagi start-up untuk menemukan segmentasi (market), brand, dan pemasoknya (supplier).

Karena itu, media-media konvensional perlu berekspansi dengan melakukan inovasi digital untuk tetap mempertahankan loyalitas pembacanya (loyalty customer). Beberapa media Indonesia telah melakukannya. Sebut saja Kompas, Tempo, Jawa Pos, dll. Inovasi ke arah digital, bukan saja untuk kepentingan brand dan glokalisasi, tapi juga untuk ekspansi bisnis dan loyalty customer. 

Media-media konvensional (e.g cetak) harus berinovasi ke arah digital

Dan lebih penting dari itu, era industri baru (4.0) telah menciptakan terjadinya konvergensi berbagai teknologi ke dalam satu genggaman jari-tangan (digit), semisal smartphone atau tablet. Jika sebelumnya ada pecahan data ke dalam aplikasi tertentu (komputer, laptop), kini semuanya sudah disatukan jadi satu dan bisa lebih mudah kemana saja.

Dan di Indonesia telah teridentifikasi 4 jenis perusahaan start-up yang perkembangannya kian menjanjikan. Misalnya aplikasi penyedia informasi, aplikasi game online, aplikasi penyedia layanan edukasi dan aplikasi e-commerce (fintech).
Kemajuan teknologi telah membuat dunia berada dalam satu genggaman tangan (digitization)


Saat ini yang paling berkembang adalah aplikasi penyedia jasa fintech seperti Tokopedia, Lazada, Dana, Bukalapak, dan sejenisnya. Menurut survei, aplikasi fintech ini diminati paling banyak anak-anak muda di kota-kota besar. Selain karena mudah dan cepat, aplikasi ini menjadi simbol modernisasi dan telah menjadi trend baru gaya hidup (life style) generasi milineal Indonesia. 

Meski demikian, kita juga perlu mencermati karena ada "celah" atau "sphere" yang bisa digunakan para sindikat/mafia keuangan untuk mencuri data keuangan dan memeras atau menipu para pengguna aplikasi cashless. 

Karenanya, tidak bisa lagi disebut menciptakan konglomerat media, karena beberapa pemain baru telah muncul dan menemukan segmennya, misalnya kumparan.com, tirto.id, kaskus, dan beberapa lagi lainnya, meski beberapa konglomerat media "diduga" ingin menguasai pangsa pasar informasi di Indonesia dan global. 
Media-media harus menemukan identitasnya di antara revolusi global

Senjakala media, sebenarnya sekaligus menanti fajar jemput di hari pagi. Dalam tradisi spiritualitas maupun tradisi botanik, justru pada senjakala (malam), terjadi pertumbuhan yang luar biasa. Industri media justru berkembang dari situasi "malam gelap"-nya, asalkan ia tetap berpendirian untuk memproduksi kebenaran dan kepercayaan informasi, di tengah distorsi dan tsunami hoaks di era post-truth. (aal) 


COMMENTS

Entri yang Diunggulkan

Misteri Kematian Diplomat Arya: HP Hilang hingga Hasil Rekam Medis

Diplomat Arya Daru Pangayunan. JAKARTA -- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan mot...

Nama

4 Wanita Pesta Miras,1,Ade Chaerunisa,1,Adonara,1,Advetorial,1,Ahmad Sahroni,1,Aktor Politik,7,Alex Longginus,2,Andreas Hugo Pareira,3,Anggota DPRD TTU,1,Ansar Rera,1,Ansy Jane,1,Ansy Lema,28,Ansy Lema for NTT,3,Apel Hari Pancasila Ende,1,Bandara Ende,1,Bandara Maumere,1,Bank NTT,1,Bapa Sindi,1,Bapa Suci,1,Bayi Menangis,1,Bela Negara,1,Bentrok Antar Gereja,1,Berita Flores,1,Bertrand Peto,1,Bertrand Pulang Kampung,1,Beta Cinta NTT,4,Betrand Peto,1,Bupati Sikka,1,Cafe Alung,1,Calon Gubernur NTT,6,Calon Gubernur PDIP,1,Car Free Night,1,Carlo Ancelotti,1,Catar Akpol Polda NTT,1,Dana Pensiun,1,Danau Kelimutu,1,Danau Tiga Warna,1,Degradasi Pancasila,1,Desa Fatunisuan,1,Doktor Filsafat dari Nagekeo,1,DPD Hanura NTT,1,DPO Kasu Vina,1,DPRD Nagekeo,2,Dr. Sylvester Kanisius Laku,1,El Asamau,1,Elektabilitas Ansy Lema,1,Elon Musk,1,Ende,3,Erupsi Gunung Lewotobi,2,Euro 2024,1,Film Vina,1,Flores,1,Flores NTT,1,Flores Timur,4,GABK,1,Gen Z,1,GPIB,1,Gubenur NTT,1,Gubernur NTT 2024,1,Gugat Cerai,1,Gunung Kelimutu,1,Gunung Lewotobi,2,Guru Remas Payudara,1,Gusti Brewon,1,Hari Lahir Pancasila,1,Hasil Pertandingan Spanyol vs Kroasia,1,Hendrik Fonataba,1,Hukrim,24,Hukum-Kriminal,9,Humaniora,163,Ikatan Dosen Katolik,1,IKDKI,1,Influencer NTT,1,Insight,15,Jadwal Kunjungan Paus Fransiskus,1,Jane Natalia,1,Jual Beli Tanah,1,Kadis Koperasi,1,Kaka Ansy,3,Kakek Sabono,1,Kasus Kriminal di NTT,1,Kata-Kata Elon Musk,1,Kata-Kata Inspiratif,2,Kejati NTT,2,Kekerasan Seksual di NTT,1,Keluarga Onsu,1,Kepsek di Rote Ndao,1,Kepsek di TTU,1,Keuskupan Labuan Bajo,1,Keuskupan Maumere,1,KKB,1,Komodo,1,Komuni Pertama,1,Kongres PMKRI,1,Kontroversi PMKRI,1,Korban Longsor,1,Kota Kupang,1,Kunjungan Paus ke Indonesia,1,Labuan Bajo,1,Ledakan Gas,1,Lemondial Business School,1,Liga Champions,1,Longsor di Ende,1,Longsor di Flores,1,Longsor di Nagekeo,1,Mafia Tanah,1,Mahasiswa Nagekeo,1,Malaysia,1,Mama Sindi,1,Maumere Viral,1,Max Regus,1,Media di NTT,1,Megawati,1,Megawati ke Ende,1,Melki Laka Lena,1,Mesum Dalam Mobil,1,Mgr Ewald Sedu,1,Milenial Sikka,1,MK,1,Model Bali,1,Nagekeo,1,Nasional,45,Nelayan NTT,1,Nenek Tenggelam,1,Nona Ambon,1,NTT,1,Pamulang,1,Panti Asuhan Naungan Kasih,1,Papua,1,Pariwisata,6,Paroki Nangahure,1,Pastor Paroki Kisol,1,Pater Budi Kleden SVD,1,Paulus Budi Kleden,2,Paus Fransiskus,3,Paus Fransiskus Tiba di Indonesia,1,Pegi alias Perong,2,Pegi Setiawan,2,Pekerja NTT di Malaysia,1,Pelaku Penikaman,1,Pemain Naturalisasi,1,Pemerkosaan di NTT,1,Pemerkosaan Guru,1,Penggerebekan,1,Pensiunan Bank NTT,1,perempuan dan anak ntt,1,Perempuan NTT,1,Pertanian NTT,1,Piala Liga Champios,1,Pilgub NTT,23,Pilkada NTT,1,Pj Bupati Nagekeo,2,PMI NTT,1,PMKRI,1,PMKRI Papua,1,Polda NTT,1,Politik,29,Polres Sikka,1,Polresta Kupang Kota,1,Pos Kupang,1,Profil Ansy Lema,1,Putra Nagekeo,1,Putusan MK Terbaru,1,Raimudus Nggajo,2,Raja UCL,1,Rasis NTT,1,Refafi Gah,1,Rekonsiliasi Kasus Pamulang,1,Relawan Bara Juang,1,Remi Konradus,1,Rista,1,Rista Korban Ledakan Gas,1,Romo Gusti,1,Romo Max Regus,1,Rote Ndao,1,Ruben Onsu,2,Sabono dan Nona Ambon,1,Safari Politik Ansy Lema,1,Sarwendah,2,Seleksi Akpol 2024,1,Seminari BSB Maumere,1,Sengketa Lahan,1,Shayne Pattyanama,1,Sikka,1,Sis Jane,1,Solar Panel Listrik,1,Spanyol vs Kroasia,1,Status Gunung Kelimutu,1,STF Driyarkara,1,Sumba,1,Sumba Tengah,1,Survei Ansy Lema,1,Survei Charta Politika,1,Survei Indikator Politik,1,Susana Florika Marianti Kandaimau,1,Suster Inosensi,1,Tanah Longsor,1,Tenaga Kerja NTT,1,Tersangka EP,1,Timor Express,1,TPNPM-OPM,1,TTU,2,Universalia,3,Untar,1,Uskup Agung Ende,3,Uskup Baru,3,Uskup Labuan Bajo,2,Uskup Maumere,1,Uskup Max Regus,1,Veronika Lake,1,Video Panas,1,Vina Cirebon,2,Viral NTT,1,Wanita Open BO,1,Yohanis Fransiskus Lema,10,
ltr
item
Si Anak Aren: Senjakala Media di Era Revolusi Industri
Senjakala Media di Era Revolusi Industri
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-KrE8L3uPAW3Seae5gxGr39rATPp1spsUbRKTOvNQN013G-oWwWmmEfiMmMMTsj5q9awFlfRUC8OOZ2q9jnR0rxY3I9u-C23Te5FxvkA7h2R8jsMMBngy2476PFzJqaUkCEBo1t4c7Ac/s640/future-onhits.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-KrE8L3uPAW3Seae5gxGr39rATPp1spsUbRKTOvNQN013G-oWwWmmEfiMmMMTsj5q9awFlfRUC8OOZ2q9jnR0rxY3I9u-C23Te5FxvkA7h2R8jsMMBngy2476PFzJqaUkCEBo1t4c7Ac/s72-c/future-onhits.jpg
Si Anak Aren
https://www.sianakaren.com/2019/02/senjakala-media-di-era-revolusi-industri.html
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/2019/02/senjakala-media-di-era-revolusi-industri.html
true
135189290626829409
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy