--> "Quo Vadis" Masa Depan Industri Musik (Dan Bola) NTT | Si Anak Aren

"Quo Vadis" Masa Depan Industri Musik (Dan Bola) NTT

Masa depan industri musik di NTT belum menunjukkan perkembangan yang matang. Masih butuh manajemen yang kuat untuk melahirkan lebih banyak artis dari NTT.


Juara The Voice Indonesia asal NTT Mario Klau. Foto: Dok. Istimewa
Dalam catatan ini, saya ingin mengungkapkan kegelisahan saya terhadap panggung masa depan anak-anak NTT di bidang industri musik dan olahraga, yang hingga kini belum dijadikan common platform kebijakan industrialisasi kedaerahan.

Sejak kemunculan Azizah (juara KDI, 2015) di pentas musik nasional, geliat industri musik anak-anak NTT terbilang berkembang maju. Bagaimana tidak, pasca-Azizah satu per satu anak-anak muda NTT muncul ke permukaan musik nasional. Sebut saja Mario G. Klau (juara The Vioce Indonesia, 2016), berikut Tommy (juara Superstar, 2016), Andmesh Kamaleng (juara Rising Star, 2017), Arina (dan Azizah di Akademi Dangdut 4, 2017). Hampir bersamaan dengan Azizah ada juga Nona-Mamamia.

Itu baru beberapa deretan penyanyi baru yang tergolong masih “hijau”. Belum terhitung penyanyi-penyanyi lokal yang selama ini telah menjadi “legenda” industri musik daerah, sebut saja Nyong Franco, musisi, penyanyi dan pegiat seni tari asal Maumere, yang lagunya: “Gemu Famire” sudah go international. Untuk tidak dikatakan “melupakan” Ivan Nestorman, musisi dan penyanyi asal Manggarai, yang lagu-lagunya telah go international, dan telah meraih beberapa penghargaan. Agaknya, dialah generasi emas musisi NTT di panggung nasional, yang membawa brand musik jazz hingga ke panggung internasional.

Bahkan masih ada begitu banyak potensi anak-anak muda yang belum punya kesempatan untuk meraih prestasi serupa. Kekhasan dan karakter suara yang begitu berbeda, menjadi “amunisi” yang secara tidak sadar melejitkan nama penyanyi asal Flobamora. Sebut saja Mario Klau dan Andmesh Kamaleng, dua anak muda asal Kupang, ditengarai akan menjadi “generasi emas” NTT di panggung musik nasional. Dalam kontestasi yang mereka ikuti, keduanya dipuja-puji bahkan “dicemburui” karena karakter suara yang begitu unik dan memesona para juri. Judika, Ari Lasso, Kaka, Agnes Monica, Anang Hermansyah, dan beberapa juri lainnya terkesima dan berdecak kagum mendengar suara-suara emas keduanya. Bahkan, oleh Anang Hermasnyah, Andmesh sudah layak dipromosikan ke level yang lebih tinggi, bahkan ia digadang-gadang akan menyamai dan menggantikan posisi (alm.) Mike, jebolan Indonesian Idol.

Suksesnya Canho Pasirua, pianis cilik asal Kamubheka-Ende, yang mengantongi 5 penghargaan the best dalam ajang pianis cilik internasional di Amerika Serikat pun turut memberi nuansa baru perkembagan dunia musik NTT. Selain dijuluki sebagai “Joey Alexander NTT”, Canho ternyata memiliki kemampuan yang hampir tidak bisa dicapai pianis seusianya. Kelihaian dan kecepatan jari-jarinya memainkan tuts-tuts memberi kesan bahwa anak-anak NTT patut diperhitngkan. Musisi dan penyanyi nasional pun mulai meyakini bahwa sudah saatnya anak-anak muda NTT menguasai persaingan industri musik nasional.

Prestasi yang diraih beberapa putra daerah kita tentu membanggakan, karena, selain mengangkat pamor positif NTT ke level nasional, karena biasanya NTT terkenal sebagai daerah termiskin, terkorup, dan terbelakang, prestasi mereka pun turut membuka sebuah link baru bahwa anak-anak Flobamora layak dipromosikan ke level yang lebih tinggi. Potensi-potensi besar yang selama ini tertutup semata di ruang-ruang musik lokal (misalnya jadi penyanyi acara pesta, karaoke), dengan fasilitas dan akses yang terbatas, mesti dikembangkan dan direproduksikan. Katakan, produktivitas musisi dan penyanyi lokal NTT tidaklah kecil, tetapi upaya untuk membuka jejaring lintas batas jarang dibuat, baik oleh musisi/penyanyi dan kelompoknya maupun oleh pemerintah daerah (Pemda), dan lembaga-lembaga donor swasta (sponsorship) yang mengikutinya.

Di satu sisi, malah ada juga semacam “ketakutan” dan perasaan “inferior” dalam diri anak-anak muda NTT sendiri yang secara psikososial menyebabkan daya juang, kreasi, dan inovasi mereka buntu. Sementara itu tanggung jawab etis Pemda dan lembaga donor amatlah minim. Anehnya, bilamana ada putra NTT yang sukses di bidang olahraga (Yabes, dkk. atau PSN di Liga Nusantara 2016 dan beberapa lainnya), misalnya, Pemda nampaknya amat antusias. Tim atau atlet tersebut disambut secara gegap gempita, dikalungkan bunga teridah, bahkan dijamin masa depannya (misalnya, diangkat menjadi PNS). Di sini ada sesuatu yang “pincang”, yang jarang dilihat publik NTT, alih-alih turut berbangga diri.

Pencapaian tim PSN Ngada di level nasional dengan menjadi runner-up Liga Nusantara 2016 menjadi “kebangkitan” yang patut diapresiasi, selain musik. Begitu juga dengan suksesnya tim U-21 provinsi NTT yang bisa jadi runner-up Liga Desa tahun 2015. Apresiasi tertinggi bukan sekedar menjamin masa depan para pemain, tetapi lebih pada upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi tim di even-even selanjutnya. Dengan suksesnya tim berjulukan “Jaramasi” tersebut terlihat bahwa sepakbola NTT pun sedang on fire. Hal itu terbukti ketika beberapa pemain NTT dibidik dan dipanggil untuk memperkuat klub-klub besar Liga Indonesia, bahkan kemudian dipromosikan ke timnas Indonesia. Sebut saja ada Yabes, Alsan Sanda, Bili Keraf, dll. Pelatih timnas U-19, Indra Safri, adalah pencari bakat yang sangat tertarik dengan pemain-pemain NTT. Sama halnya dengan industri musik, anak-anak muda kita mesti diorganisasikan sedemikian rupa, bahkan dibiayai, agar bakat-bakat mereka tidak menguap begitu saja.

Pemda adalah satu-satunya lembaga donor yang mesti mendukung segala daya juang, kreativitas dan inovasi anak-anak muda NTT, entah dalam bidang apapun. Kalaupun tidak, pihak swasta pun bisa mengambil peran untuk turut mengembangkan potensi anak-anak muda yang sedang naik daun. Ada begitu banyak potensi anak-anak muda NTT yang jarang, bahkan tidak diperhatikan dan diorganisasikan, tapi malah dibiarkan terpolarisasi lalu menghilang begitu saja. Secara ekonomi/bisnis, kita bisa rugi, karena tidak mengembangkan “modal” yang sudah siap untuk diproduksikan. Dengan kata lain, bahan mentahnya sudah tersedia, sekarang tinggal Pemda atau pihak swasta mau mengidentifikasi potensi yang ada lalu dikembangkan melalui lembaga atau klub musik dan olahraga yang ada. Karena hasilnya bukan saja demi pribadi atau kepentingan tertentu, tapi secara luas berpengaruh terhadap destinasi wisata daerah yang lebih progresif. Kita jangan sampai akhirnya seperti “tikus yang mati di lumbung padi”.

Karena itu, panggilan nurani Pemda dan shareholder-nya untuk memberdayakan aneka potensi generasi muda yang berseliweran menjadi urgen, relevan, dan aktual. Azizah, Mario Klau, Tommy, dll., telah membuka “tautan” untuk go national. Saya amat yakin tidak lama lagi anak-anak muda NTT yang lain secara besar-besaran turut “meriahramaikan” industri musik nasional, bahkan internasional.

Musisi daerah seperti Nyong Franco, yang selain bergelut di dunia musik, tapi juga di bidang seni tari, dengan sanggarnya bernama “Sanggar Bensa”, agaknya baik untuk dipromosikan sebagai karya terbaik daerah. Jarang pemerintah kita yang mengidentifikasi karya-karya putra daerah untuk dijadikan destinasi wisata atau produk daerah yang layak dikembangkan. Pemilihan tokoh-tokoh terbaik atau tokoh teladan daerah bahkan hampir-hampir tidak terdengar. Yang terdengar publik malah kasus-kasus korupsi, kasus pemerkosaan, suap, jargon-jargon politik, dan wacana lain semacam.

Hemat saya, dukungan Pemda, terutama melalui kebijakan anggaran dan perluasan jaringan kerja akan sangat membantu akses dan kesinambungan “tautan” yang sedang diciptakan untuk mengubah citra NTT sebagai daerah produk musik dan pemain-pemaian nasional. Kita punya modal, kita punya potensi besar. Peluang untuk merebutnya tidaklah sulit. Buktinya, tanpa sokongan Pemda pun Azizah, Mario Klau, Andmesh, dkk., dinyatakan “berhasil” mengharumkan nama NTT. Pertanyaannya, siapa yang lebih berbangga: pemerintah atau masyarakat?

Karena itu, desakan untuk me-reorganisasi anggaran (APBD, misalnya) mutlak dibuat, agar tiap dimensi pembangunan tersentuh dengan porsi yang setara. Jangan sampai kita tersedot ke dalam hingar-bingar politik nasional, lalu lupa membentuk jati diri kedaerahan kita. Pendek kata, yang sangat ditekankan dalam geliat perubahan tersebut adalah perubahan kultur dan kebijakan politik. Suatu strategi yang dipusatkan pada pembangunan tidak hanya fisik tapi juga spiritual, melalui industrialisasi dan modernisasi dengan investasi besar-besaran dalam segala sektor ekonomi, sosial dan budaya harus digalakkan.

Apalagi, sekarang telah terjadi pergeseran pemahaman tentang arti go international. Dulu bila kita omong tentang go international selalu berarti musisi/penyanyi mesti pergi ke luar negeri. Tapi saat ini, go international bisa saja dicapai tanpa pergi ke luar negeri. Dengan kemudahan teknologi internet (Youtube, misalnya), orang tidak perlu lagi membuang-buang uang untuk promosi di luar negeri. Seorang musisi/penyanyi bisa mempromosikan karya-karyanya dari tempatnya. Kisah kesuksesan Canho Pasirua dan Nyong Franco adalah fakta bahwa internet justru menjadi media yang menjadikan keduanya bisa go internastional.

Teranyar, kisah kesuksesan lagu "Karna Su Sayang" Dian Sorowea Feat Andra Near, adalah tanda bahwa prospek industri musik daerah punya daya komersial yang tidak kalah dengan musisi profesional. Artinya, musisi lokal punya peluang untuk sukses jika mereka bisa memanfaatkan kemutakhiran teknologi internet untuk "go". Saat ini tercatat sudah ada 21 jutaan viewers pada kanal media Youtube sang authors. Bahkan Via Vallen, musisi yang meng-cover lagu tersebut pekan ini menjadi "The Second Trending Topic". Anji, musisi nasional, mengomentari kesuksesan lagu tersebut, terutama karena melodi dan enak dinyanyikan.

Sebagai industri komersial, sayangnya kita di Indonesia belum punya, penyanyi dan pencipta lagu sudah semestinya mempunyai "performing rights",  yakni hak untuk mendapatkan royalti (fee) dari setiap kali lagu itu dinyanyikan oleh artis lain untuk kepentingan komersial pula. Dalam media/pers, ada yang disebut "exclusive rights",  yaitu hak yang dmiliki media/jurnalis untuk mendapatkan hak eksklusif (priviledge) atas pemberitaannya.
Karena, di era sekarang, tidak ada yang gratis, semuanya mesti diuangkan (per click).

Jadi, jangan lupa bahwa upaya membangun industri musik dan olahraga daerah, misalnya, adalah serentak jadi upaya meingkatkan produktivitas dan daya saing sumber daya manusia secara menyeluruh.*

COMMENTS

Entri yang Diunggulkan

Misteri Kematian Diplomat Arya: HP Hilang hingga Hasil Rekam Medis

Diplomat Arya Daru Pangayunan. JAKARTA -- Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan tewas di kos dengan mot...

Nama

4 Wanita Pesta Miras,1,Ade Chaerunisa,1,Adonara,1,Advetorial,1,Ahmad Sahroni,1,Aktor Politik,7,Alex Longginus,2,Andreas Hugo Pareira,3,Anggota DPRD TTU,1,Ansar Rera,1,Ansy Jane,1,Ansy Lema,28,Ansy Lema for NTT,3,Apel Hari Pancasila Ende,1,Bandara Ende,1,Bandara Maumere,1,Bank NTT,1,Bapa Sindi,1,Bapa Suci,1,Bayi Menangis,1,Bela Negara,1,Bentrok Antar Gereja,1,Berita Flores,1,Bertrand Peto,1,Bertrand Pulang Kampung,1,Beta Cinta NTT,4,Betrand Peto,1,Bupati Sikka,1,Cafe Alung,1,Calon Gubernur NTT,6,Calon Gubernur PDIP,1,Car Free Night,1,Carlo Ancelotti,1,Catar Akpol Polda NTT,1,Dana Pensiun,1,Danau Kelimutu,1,Danau Tiga Warna,1,Degradasi Pancasila,1,Desa Fatunisuan,1,Doktor Filsafat dari Nagekeo,1,DPD Hanura NTT,1,DPO Kasu Vina,1,DPRD Nagekeo,2,Dr. Sylvester Kanisius Laku,1,El Asamau,1,Elektabilitas Ansy Lema,1,Elon Musk,1,Ende,3,Erupsi Gunung Lewotobi,2,Euro 2024,1,Film Vina,1,Flores,1,Flores NTT,1,Flores Timur,4,GABK,1,Gen Z,1,GPIB,1,Gubenur NTT,1,Gubernur NTT 2024,1,Gugat Cerai,1,Gunung Kelimutu,1,Gunung Lewotobi,2,Guru Remas Payudara,1,Gusti Brewon,1,Hari Lahir Pancasila,1,Hasil Pertandingan Spanyol vs Kroasia,1,Hendrik Fonataba,1,Hukrim,24,Hukum-Kriminal,9,Humaniora,163,Ikatan Dosen Katolik,1,IKDKI,1,Influencer NTT,1,Insight,15,Jadwal Kunjungan Paus Fransiskus,1,Jane Natalia,1,Jual Beli Tanah,1,Kadis Koperasi,1,Kaka Ansy,3,Kakek Sabono,1,Kasus Kriminal di NTT,1,Kata-Kata Elon Musk,1,Kata-Kata Inspiratif,2,Kejati NTT,2,Kekerasan Seksual di NTT,1,Keluarga Onsu,1,Kepsek di Rote Ndao,1,Kepsek di TTU,1,Keuskupan Labuan Bajo,1,Keuskupan Maumere,1,KKB,1,Komodo,1,Komuni Pertama,1,Kongres PMKRI,1,Kontroversi PMKRI,1,Korban Longsor,1,Kota Kupang,1,Kunjungan Paus ke Indonesia,1,Labuan Bajo,1,Ledakan Gas,1,Lemondial Business School,1,Liga Champions,1,Longsor di Ende,1,Longsor di Flores,1,Longsor di Nagekeo,1,Mafia Tanah,1,Mahasiswa Nagekeo,1,Malaysia,1,Mama Sindi,1,Maumere Viral,1,Max Regus,1,Media di NTT,1,Megawati,1,Megawati ke Ende,1,Melki Laka Lena,1,Mesum Dalam Mobil,1,Mgr Ewald Sedu,1,Milenial Sikka,1,MK,1,Model Bali,1,Nagekeo,1,Nasional,45,Nelayan NTT,1,Nenek Tenggelam,1,Nona Ambon,1,NTT,1,Pamulang,1,Panti Asuhan Naungan Kasih,1,Papua,1,Pariwisata,6,Paroki Nangahure,1,Pastor Paroki Kisol,1,Pater Budi Kleden SVD,1,Paulus Budi Kleden,2,Paus Fransiskus,3,Paus Fransiskus Tiba di Indonesia,1,Pegi alias Perong,2,Pegi Setiawan,2,Pekerja NTT di Malaysia,1,Pelaku Penikaman,1,Pemain Naturalisasi,1,Pemerkosaan di NTT,1,Pemerkosaan Guru,1,Penggerebekan,1,Pensiunan Bank NTT,1,perempuan dan anak ntt,1,Perempuan NTT,1,Pertanian NTT,1,Piala Liga Champios,1,Pilgub NTT,23,Pilkada NTT,1,Pj Bupati Nagekeo,2,PMI NTT,1,PMKRI,1,PMKRI Papua,1,Polda NTT,1,Politik,29,Polres Sikka,1,Polresta Kupang Kota,1,Pos Kupang,1,Profil Ansy Lema,1,Putra Nagekeo,1,Putusan MK Terbaru,1,Raimudus Nggajo,2,Raja UCL,1,Rasis NTT,1,Refafi Gah,1,Rekonsiliasi Kasus Pamulang,1,Relawan Bara Juang,1,Remi Konradus,1,Rista,1,Rista Korban Ledakan Gas,1,Romo Gusti,1,Romo Max Regus,1,Rote Ndao,1,Ruben Onsu,2,Sabono dan Nona Ambon,1,Safari Politik Ansy Lema,1,Sarwendah,2,Seleksi Akpol 2024,1,Seminari BSB Maumere,1,Sengketa Lahan,1,Shayne Pattyanama,1,Sikka,1,Sis Jane,1,Solar Panel Listrik,1,Spanyol vs Kroasia,1,Status Gunung Kelimutu,1,STF Driyarkara,1,Sumba,1,Sumba Tengah,1,Survei Ansy Lema,1,Survei Charta Politika,1,Survei Indikator Politik,1,Susana Florika Marianti Kandaimau,1,Suster Inosensi,1,Tanah Longsor,1,Tenaga Kerja NTT,1,Tersangka EP,1,Timor Express,1,TPNPM-OPM,1,TTU,2,Universalia,3,Untar,1,Uskup Agung Ende,3,Uskup Baru,3,Uskup Labuan Bajo,2,Uskup Maumere,1,Uskup Max Regus,1,Veronika Lake,1,Video Panas,1,Vina Cirebon,2,Viral NTT,1,Wanita Open BO,1,Yohanis Fransiskus Lema,10,
ltr
item
Si Anak Aren: "Quo Vadis" Masa Depan Industri Musik (Dan Bola) NTT
"Quo Vadis" Masa Depan Industri Musik (Dan Bola) NTT
Masa depan industri musik di NTT belum menunjukkan perkembangan yang matang. Masih butuh manajemen yang kuat untuk melahirkan lebih banyak artis dari NTT.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgcE2d54VnY4PhlaVe3oE0KMqUvEb7UjoyF5YNvCsoWLN5Lf-Sw2NVj3KjbU3_HD8HQ40dxKLLsdxxG1sOLSHgnBLWgaeMGr65jlktJIIAbou0Fqsingkvuqs8n3vNLrTQvZGzN6OWb_0/s640/mario+klau.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgcE2d54VnY4PhlaVe3oE0KMqUvEb7UjoyF5YNvCsoWLN5Lf-Sw2NVj3KjbU3_HD8HQ40dxKLLsdxxG1sOLSHgnBLWgaeMGr65jlktJIIAbou0Fqsingkvuqs8n3vNLrTQvZGzN6OWb_0/s72-c/mario+klau.jpg
Si Anak Aren
https://www.sianakaren.com/2019/02/quo-vadis-masa-depan-industri-musik-dan.html
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/
https://www.sianakaren.com/2019/02/quo-vadis-masa-depan-industri-musik-dan.html
true
135189290626829409
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy